Rabu 13 Oct 2021 14:42 WIB

Kemiskinan, Sejumlah Keluarga Afghan Jual Gadis Bawah Umur

Laporan sebut beberapa keluarga jual anak gadisnya untuk mendapat uang atau ternak.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Anak-anak Afghanistan bermain di lingkungan miskin tempat ratusan pengungsi internal dari bagian timur negara itu telah tinggal selama bertahun-tahun di Kabul, Afghanistan, Senin, 27 September 2021.
Foto: AP/Felipe Dana
Anak-anak Afghanistan bermain di lingkungan miskin tempat ratusan pengungsi internal dari bagian timur negara itu telah tinggal selama bertahun-tahun di Kabul, Afghanistan, Senin, 27 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Beberapa keluarga menikahkan anak perempuan di bawah umur dengan pria paruh baya dengan imbalan uang, senjata atau ternak. Kondisi ini didorong akibat kemiskinan, pengangguran, dan krisis ekonomi yang dialami Afghanistan.

"Beberapa keluarga telah menjual anak perempuan mereka yang berusia satu tahun untuk mendapatkan uang, ternak, dan senjata," ujar seorang sumber yang berbicara kepada kantor berita Afghanistan Raha melaporkan pada Selasa (12/10).

Baca Juga

Laporan itu menambahkan bahwa seorang gadis di bawah umur dihargai antara 100 ribu hingga 250 ribu Afghani atau setara dengan kisaran 1.108 hingga 2.770 dolar AS. Peristiwa ini terjadi di distrik-distrik terpencil di provinsi Ghur. Jika pembeli tidak memiliki uang tunai, maka mereka akan memberikan senjata atau ternak kepada keluarga gadis itu sebagai gantinya.

Meskipun praktik penjualan gadis di bawah umur bukanlah kejadian baru, hal itu menjadi lebih umum setelah Taliban menguasai Afghanistan pada 15 Agustus. Ekonomi Afghanistan berada di bawah tekanan besar, dengan harga makanan dan bahan bakar naik tajam di tengah kekurangan uang tunai, dipicu oleh penghentian bantuan asing dan kekeringan.

Berita tentang keluarga yang memperdagangkan anak perempuan  di bawah umur untuk keuntungan materi datang pada saat yang sensitif bagi pemerintah Taliban yang berusaha untuk mendapatkan pengakuan internasional. Ada skeptisisme global yang meluas terhadap kemampuan kelompok itu untuk memastikan negara itu tidak menjadi surga bagi teroris dan bagi Taliban untuk melindungi hak-hak perempuan.

Sejak menguasai Afghanistan, Taliban mencoba merehabilitasi citra garis keras mereka dari era 1996-2001. Namun, tampaknya Taliban tidak banyak mengubah nilai intinya. Kabinet masih terdiri dari anggota kelompok senior dan laki-laki.

Kelompok itu juga membubarkan Kementerian Urusan Perempuan dan membawa kembali Kementerian Dakwah dan Pencegahan Kejahatan. Milisinya membubarkan banyak protes perempuan dengan kekerasan dan menunda kembalinya siswa perempuan kelas menengah ke sekolah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement