Kamis 14 Oct 2021 05:55 WIB

Thariq Bin Ziyad, Si Pemilik Satu Mata Penakluk Andalusia

Thariq bin Ziyad menorehkan kemenangan saat taklukkan Andalusia.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Thariq bin Ziyad menorehkan kemenangan saat taklukkan Andalusia. Andalusia, Spanyol
Foto:

Kota Tangier berhasil dikuasai Musa dan pasukannya. Gubernur Ifriqiya itu dengan segera membangun wilayah tersebut sebagai salah satu kota pemerintahan Umayyah. Sebelum kembali ke Kairouan, dirinya mengangkat Thariq sebagai letnan. Keamanan Tangier pun diamanahkan kepada Muslim berber tersebut. Sebanyak 19 ribu prajurit ditempatkan di sana. 

Secara de facto, Thariq menjadi penguasa Tangier. Kota ini hanya berjarak kira-kira 70 km dari pesisir Iberia di arah utara. Untuk sampai ke wilayah kekuasaan bangsa Gothik itu, seseorang hanya perlu mengarungi lautan sempit- yang kini disebut Selat Gibraltar. Siapa kira, tiga tahun kemudian dirinya akan memimpin sekelompok pasukan Muslimin untuk menyeberangi selat tersebut dan merebut daerah Gothik dari tangan Roderick. 

Koalisi Umayyah-Ceuta Invasi yang bertujuan menjajah hanya menjadikan rakyat sebagai objek belaka. Sementara, kekuasaan yang baik akan selalu membebaskan mereka dari ketakutan dan ketertindasan. Dalam sejarah Islam, betapa banyak ekspedisi militer yang walaupun ekspansif, dilakukan dengan hasil menebar maslahat. 

Inilah mengapa, Islam begitu diterima di wilayah-wilayah taklukannya. Sebab, penguasa Muslim ketika membebaskan suatu wilayah akan memerdekakan rakyat setempat dari penindasan rezim yang zalim. Tak mengherankan bila kemudian mereka berbondong-bondong memeluk Islam tanpa dipaksa.

Itu pula yang tampak dari Pembebasan Andalusia. Sebelum terjalin koalisi Ceuta dan Umayyah, masyarakat Iberia terbelenggu oleh kekuasaan yang tidak adil. Raja Gothik, Roderick, menindas mereka dengan berbagai kebijakan yang represif. Siapapun yang melawan akan terancam hukuman yang kejam. Sementara, kaum bangsawan dan agamawan setempat cenderung kompromistis, mencari selamat sendiri.

 

Umat Islam meyakini, kekuasaan di dunia tidaklah kekal, melainkan sementara. Alquran surah Ali Imran ayat 140 menegaskan hal itu. Artinya, Dan masa (kejayaan dan kehancuran)itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran).    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement