REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Malang Ma'muri menegaskan berdasarkan hasil kajian, gempa bumi menunjukkan periode ulang. Namun tidak bisa dipastikan kapan tepatnya gempa akan terjadi.
"Memang ada kajian tentang periode ulang bisa 100 tahunan, bisa 200 tahunan atau lebih. Akan tetapi itu belum pernah ada yang tepat," katanya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (15/10).
Pernyataan tersebut mengklarifikasi pemberitaan Antara sebelumnya terkait potensi gempa besar magnitudo 8,7 yang bisa berdampak tsunami di wilayah pesisir selatan Jawa. Menurut catatan sejarah, pada 1818 pernah terjadi tsunami di selatan Jawa Timur.
Jadi isu yang berkembang adanya siklus gempa 100 tahunan di selatan Jawa itu tidak benar. BMKG juga tidak pernah memberikan pernyataan terkait hal tersebut.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Pusat Daryono menjelaskan memang ada metode statistik untuk menghitung periode ulang gempa. Akan tetapi belum ada yang tepat menghasilkan informasi kapan gempa besar akan terjadi pada tahun berapa, bulan apa, atau bahkan hingga tanggal berapa.
"Perulangan gempa besar atau return period dalam keyakinan saya pasti terjadi karena peristiwa gempa besar adalah siklus. Namun masih sulit untuk memastikan kapan terjadinya perulangan gempa besar itu," kata Daryono.
Lebih lanjut dia menjelaskan, dengan metode statistik para ahli dapat melakukan perhitungan periode ulang gempa (return period) tersebut. Akan tetapi kenyataannya hitungan yang dilakukan belum ada yang sukses dengan tepat mampu menjawab kapan terjadi perulangan gempa terjadi. Ketidaktepatan tersebut karena tingkat error hasil perhitungan yang dilakukan selama ini besar.
"Jadi masalah perulangan gempa ini masih dalam taraf kajian yang ada dalam riset atau perkuliahan mahasiswa jurusan gempa (seismologi). Operasionalnya belum ada untuk prediksi gempa," katanya.