Sabtu 16 Oct 2021 00:30 WIB

Pemerintah Minta Pertamina Jaga Produksi Blok Rokan  

Blok Rokan diyakini masih memiliki sumber migas potensial

Rep: Intan Pratiwi / Red: Nashih Nashrullah
Blok Rokan diyakini masih memiliki sumber migas potensial. Ilustrasi Blok Rokan
Foto: Istimewa
Blok Rokan diyakini masih memiliki sumber migas potensial. Ilustrasi Blok Rokan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta PT Pertamina (Persero) untuk menjaga produksi Blok Rokan. 

 

Baca Juga

"Setelah 97 tahun dikelola perusahaan multinasional Blok Rokan diyakini masih memiliki sumber migas yang potensial untuk kedepannya, jadi untuk itu memang managemen Pertamina harus melakukan pekerjaan eksplorasi drilling yang masif untuk bisa meningkatkan produksi lagi. kalau dulu ada program steam flood mungkin kedepannya ada chemical enhanced oil recovery (CEOR)," ujar Arifin, Jumat (15/10).

 

Selain kegiatan eksplorasi dengan menambah sumur-sumur baru, Menteri Arifin juga mengapresiasi upaya efisiensi dan penerapan teknologi dalam kegiatan produksinya, seperti yang diterapkan di pusat digitalisasi Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC) untuk meningkatkan produksi.

 

"Jangan pernah lelah untuk terus melakukan proses penyempurnaan. Terus mencari terobosan nilai tambah. Jangan lengah dengan perkembangan teknologi yang ada dan terus memonitor teknologi yang bisa memberikan manfaat besar bagi perusahaan. Anda semua adalah pahlawan devisa," lanjut Arifin.

 

Arifin juga mengatakan, bahwa masyarakat dunia saat ini telah bersepakat untuk mengurangi pemanfaatan sumber-sumber energi fosil menjadi sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi yang besar.

 

"Kita juga sudah menyepakati kesepakatan Paris dan kita sudah telurkan undang undang mengenai target pengurangan emisi, kita masih punya waktu sampai masyarakat dunia mentargetkan sampai  2050 net zerro emission dan kita sendiri sedang menyusun roadmap dan strategi untuk mencapai kesana. Ini bukan suatu hal yang mudah," jelas Arifin.

 

Mengenai transisi energi, Gubernur Riau Syamsuar mengatakan, pengalihan dari bahan bakar minyak ke sumber energi lain yang terbarukan dan ramah lingkungan sudah ada di Riau dengan banyaknya kebun kelapa sawit yang mencapai 3,4 juta hektare.

 

"Proses pengalihan BBM menjadi kelapa sawit itu sebenarnya sudah ada di Riau dan itu sudah dilaksanakan juga oleh Pertamina di Kilang Dumai sejak tahun 2019, jadi B30 itu sudah ada di Riau dan itu akan dikembangkan sampai B50 hingga B100 seperti yang diharapkan Bapak Presiden," ujar Syamsuar.

 

Yang saat ini didorong, lanjut Syamsuar, adalah hilirisasi sawit, karena produksi sawit untuk ekspor di Riau cukup besar. 

 

Direktur Utama PHR, Jaffee A Suardin, mengatakan fasilitas CGS 10 yang ditinjau Menteri ESDM ini merupakan stasiun pengumpul minyak terbesar di Lapangan Duri yang mengolah sekitar 240 ribu barel fluida per hari dan memproduksi minyak sekitar 20 ribu barel per hari. Lapangan Duri merupakan salah satu lapangan injeksi uap (steamflood) terbesar di dunia yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan. 

 

"Teknologi ini terbukti berhasil meningkatkan kinerja produksi Lapangan Duri lima kali lebih baik dibandingkan teknologi konvensional," ujar Jaffee.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement