Selasa 26 Oct 2021 09:32 WIB

Presiden Mesir Akhiri Status Keadaan Darurat

Aktivis Mesir menyambut baik langkah pemerintah mengakhiri keadaan darurat.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Mesir Jenderal Abdel Fatah al-Sisi.
Foto: Reuters
Presiden Mesir Jenderal Abdel Fatah al-Sisi.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi akan mencabut status keadaan daruat untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun. Mesir memberlakukan keadaan darurat pada April 2017, setelah pengeboman mematikan di gereja-gereja.

Sejak insiden pengeboman itu, Mesir secara rutin memperpanjang status keadaan darurat pada interval tiga bulan. Mesir tetap mempertahankan status keadaan darurat selama beberapa tahun, meskipun situasi keamanan membaik.

 

"Mesir telah menjadi sebuah oasis keamanan dan stabilitas di kawasan. Oleh karena itu untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, saya membatalkan perpanjangan keadaan darurat di semua wilayah negara," ujar Sisi.

 

Keadaan darurat memberikan wewenang kepada pihak berwenang untuk melakukan penangkapan, dan menindak musuh negara. Pemerintahan Sisi memberlakukan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat, dan telah membungkam kritik liberal selama beberapa tahun terakhir.

 

Aktivis Mesir terkemuka Hossam Baghat menyambut baik keputusan pemerintah untuk mengakhiri keadaan darurat. Dia mengatakan, pencabutan keadaan daruat akan menghentikan penggunaan pengadilan keamanan negara darurat. Namun hal itu tidak akan berlaku untuk beberapa kasus profil tinggi yang sudah dirujuk ke pengadilan tersebut.

 

Pasukan keamanan Mesir telah memerangi pemberontakan oleh gerilyawan yang terkait dengan ISIS di Sinai utara. Namun belum lama ini, para pejuang ISIS telah mengkonsolidasikan posisi mereka di daerah tersebut. 

Baca Juga

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya