Selasa 26 Oct 2021 10:00 WIB

Ada Skandal Whistleblower, Facebook Tetap Untung

Dalam 12 bulan, basis pengguna Facebook telah meningkat 6 persen.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolandha
Meskipun terus menghadapi tekanan buruk atas dokumen internal yang bocor, Facebook telah membukukan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan untuk kuartal ketiga.
Foto: AP/Richard Drew
Meskipun terus menghadapi tekanan buruk atas dokumen internal yang bocor, Facebook telah membukukan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan untuk kuartal ketiga.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Meskipun terus menghadapi tekanan buruk atas dokumen internal yang bocor, Facebook telah membukukan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan untuk kuartal ketiga. Raksasa media sosial itu menghasilkan laba 9 miliar dolar AS (Rp 127,5 triliun) dalam tiga bulan hingga September, naik dari 7,8 miliar dolar AS (Rp 110,5 triliun) tahun lalu.

Namun, Facebook terkena pembaruan privasi baru untuk sistem operasi Apple iOS 14, yang mempersulit mereka menargetkan iklan pada pengguna tertentu, dilansir di BBC, Selasa (26/10). Ini muncul di tengah klaim baru tentang perilaku tidak etis yang dibuat oleh mantan karyawan.

Frances Haugen telah merilis cache dokumen internal kepada pers, menuduh bahwa Facebook mengutamakan keuntungan sebelum keselamatan pengguna. Beberapa laporan media mengatakan dokumen tersebut menunjukkan Facebook secara rutin gagal memoderasi konten yang mempromosikan ujaran kebencian dan perdagangan seks di luar AS.

CEO Facebook Mark Zuckerburg pada Senin (25/10) mengatakan kepada investor melalui panggilan konferensi. "Apa yang kami lihat adalah upaya terkoordinasi untuk secara selektif menggunakan dokumen yang bocor untuk melukiskan gambaran palsu tentang perusahaan kami," ujar Zuckerburg.

Dalam 12 bulan hingga 30 September, raksasa media sosial itu mengatakan basis pengguna bulanannya telah tumbuh 6 persen menjadi 2,91 miliar.

Namun, terlepas dari keuntungannya yang kuat, pendapatannya sedikit di bawah ekspektasi analis, di tengah hambatan yang disebabkan oleh aturan privasi Apple. Facebook mengatakan pembaruan privasi juga akan berdampak pada bisnis digitalnya pada kuartal terakhir tahun ini, tetapi diharapkan dapat menyesuaikan dengan perubahan waktu.

Perusahaan itu mengatakan akan menghabiskan sekitar 10 miliar dolar AS untuk divisi metaverse-nya tahun ini, yang dikenal sebagai Facebook Reality Labs. Metaverse ini bertugas menciptakan perangkat keras, perangkat lunak, dan konten realitas virtual dan augmented.

Jaringan media sosial terbesar di dunia tersebut berada di bawah pengawasan dari pembuat undang-undang dan regulator global, termasuk dari Federal Trade Commission, yang telah mengajukan gugatan antimonopoli yang menuduh praktik antipersaingan.

Dokumen whistleblower, yang pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal, hanya meningkatkan tekanan itu. Ini termasuk penelitian internal tentang efek Instagram pada kesehatan mental remaja; apakah platform Facebook memicu perpecahan; dan raksasa media sosial tersebut yang menangani kerusuhan 6 Januari di Capitol.

Pada sidang yang digelar Senin (25/10), Haugen mengatakan kepada anggota parlemen Inggris bahwa Facebook tidak diragukan lagi membuat kebencian semakin buruk.

Dia mengatakan tim keamanan Facebook kekurangan sumber daya. "Facebook tidak mau menerima bahkan sedikit keuntungan yang dikorbankan untuk keselamatan," katanya

Anggota parlemen sedang mempertimbangkan aturan baru apa yang akan diterapkan di jejaring sosial besar di bawah RUU Keamanan Online yang direncanakan. Terlepas dari tuduhan tersebut, saham di Facebook naik 1,3 persen dalam perdagangan after hours pada hari Senin. Saham perusahaan naik sekitar 20 persen sepanjang tahun ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement