REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison hari ini, Rabu (26/10), mengatakan, petenis yang belum divaksinasi dibolehkan tampil dalam Australian Open awal tahun depan. Namun, mereka wajib menjalani karantina terkait COVID-19 selama dua pekan.
Atlet-atlet profesional di negara bagian itu mewajibkan vaksin, yang juga mencakup pelatih, ofisial, media, dan staf yang terlibat dalam kompetisi elit. Itu artinya petenis menjadi satu-satunya kelompok tak divaksinasi dalam Australia Open.
Pernyataan Morrison merupakan kabar baik bagi Tennis Australia yang menginginkan petenis nomor satu dunia asal Serbia, Novak Djokovic dan pemain-pemain top lainnya yang status vaksinasinya belum jelas bisa mengikuti Grand Slam edisi Australia.
Seperti diketahui, Djokovic menolak mengungkapkan status vaksinasinya. Pada pekan lalu mengatakan bahwa dia mungkin tidak mengikuti turnamen Australian Open.
"Semua aturan yang sama harus diberlakukan kepada semua orang," kata Morrison kepada Seven News seperti dikutip Reuters, Rabu.
"Entah Anda juara Grand Slam, perdana menteri atau pelancong bisnis, pelajar atau siapa saja. Aturannya sama. Pihak negara bagian akan menetapkan aturan karantina sebagaimana adanya," tambahnya.
Penegasan ini bertentangan dengan pernyataan Menteri Imigrasi Australia Alex Hawke. Pada pekan lalu, Hawke mengatakan bahwa petenis dan atlet yang berpartisipasi dalam Australian Open harus sudah dua kali divaksinasi.
Negara bagian Victoria yang menjadi lokasi turnamen Melbourne Park hampir pasti memberlakukan wajib karantina sampai batas terketat. Menteri Utama Victoria Daniel Andrews dengan keras tak mau membiarkan orang belum divaksin masuk ke negara bagian ini.
Namun, ia mengatakan bahwa negara bagiannya akan mengelola risiko seandainya pemerintah federal memutuskan hal yang sebaliknya. Perubahan kebijakan itu kemungkinan akan kontroversial di Victoria yang sudah enam kali menerapkan lockdown sejak awal krisis kesehatan global.