REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 tak mau banyak bicara mengenai kasus anak menderita penyakit pneumonia di Jakarta yang meningkat. Sebab, masalah ini masih tengah ditelusuri dan diinvestigasi.
"Masih dalam investigasi apakah pneumonia nya virus atau bakterial atau tuberkulosis (TB). Oleh karena itu, gencarkan vaksin PCV dan BCG," kata Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Brigjen TNI (Purnawirawan) Alexander K Ginting saat dihubungi Republika, Kamis (28/10).
Terkait pandemi Covid-19 yang berpotensi jadi hambatan dalam memperluas cakupan vaksinasi PCV dan BCG, Alex mengakui masalah kesehatan anak bukan masalah pandemi virus ini saja melainkan juga kekerdilan (stunting). Namun, pihaknya menegaskan situasi pandemi tidak harus meninggalkan program penyakit prioritas seperti TB dengan BCG pada anak. Oleh karena itu, Satgas Covid-19 menyadari masalah ini harus ditanggulangi secepatnya.
Apalagi, dia melanjutkan, mengatasi pneumonia dengan meningkatkan cakupan vaksinasi PCV pada anak juga didukung oleh aliansi vaksin GAVI. Sementara itu, ia menambahkan vaksin BCG pada anak dan immunisasi dasar lainnya ditangani oleh pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). "Puskesmas harus menjadi leading sektor untuk immunisasi anak," ujarnya.
Sebelumnya, beredar kabar di media sosial Twitter mengenai membludaknya jumlah pasien anak pengidap pneumonia di Jakarta. Bahkan, jumlahnya disebut terlalu banyak hingga ruangan khusus pasien pneumonia penuh.
Hal ini dikatakan oleh pemilik akun Twitter @dedsperadroo melalui cuitannya. Ia mengaku bekerja di salah satu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di ibu kota. "Di RSUD mendadak lagi banyak banget pasien anak dengan pneumonia sampai ruangan pneumonia-nya penuh," kata pemilik akun itu, Ahad (24/10).
Ia tak mengatakan semua kasus pneumonia itu berkaitan dengan Covid-19. Namun, berdasarkan aturan medis, pasien pneumonia harus dicurigai sebagai Covid-19 sampai hasil tes PCR mereka negatif.