Kamis 28 Oct 2021 19:41 WIB

BSI Targetkan Laba Tumbuh 35 Persen pada 2021

BSI menargetkan pertumbuhan pembiayaan sekitar 6-7 persen.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Suasana gedung Bank Syariah Indonesia di Jakarta. ilustrasi. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana gedung Bank Syariah Indonesia di Jakarta. ilustrasi. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) menargetkan pertumbuhan laba sekitar 30-35 persen pada akhir 2021. Direktur Utama BSI, Hery Gunardi menyampaikan target-target BSI disesuaikan dengan kondisi perekonomian yang terus diharapkan membaik di masa pandemi.

"Sampai Desember 2021 kita punya guidance sesuai RKAT BSI, diharap laba bisa tumbuh 30-35 persen setelah tumbuh 37 persen di kuartal III 2021 ini," katanya dalam Paparan Kinerja BSI Kuartal III 2021, Kamis (28/10).

Baca Juga

Sementara itu, target pembiayaan sekitar 6-7 persen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sekitar 8-9 persen. Rasio pembiayaan bermasalah (NPF) gross diharapkan bisa dijaga di bawah tiga persen atau 2,9-3 persen dengan rasio kecukupan modal (CAR) 22,5 persen.

Pada tahun depan, diharapkan kondisi ekonomi akan lebih baik dengan herd immunity tercapai. Sehingga sisi permintaan akan terus membaik dan ekonomi tumbuh bergerak ke atas, bisnis berkembang, pembiayaan meningkat.

"Jika tahun depan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN pemerintah di atas lima persen pada 2022, insyaAllah BSI akan tumbuh lebih baik di atas itu, tentu dengan asas kehati-hatian, tumbuh selektif, sehat, menghasilkan bisnis yang sustain," katanya.

Direktur Keuangan dan Strategi BSI, Ade Cahyo Nugroho menambahkan, proyeksi pembiayaan dan DPK tahun depan akan tergantung pada dampak pandemi. Ia berharap tidak ada gelombang ketiga pandemi sehingga pertumbuhan bisnis bisa melanjutkan tren positifnya.

Proyeksi pertumbuhan perbankan syariah akan lebih tinggi dari konvensional yakni sekitar 6-7 persen. Jika dampak negatif pandemi menurun, maka pertumbuhan pembiayaan bank syariah bisa mencapai 9-10 persen. Saat ini, bank sudah mulai rasakan demand atau permintaan yang terus meningkat.

"Sementara likuiditas tahun ini sangat berlimpah, kita tidak fokus pertumbuhan DPKnya tapi fokus ke struktur funding yang sehat, meski pertumbuhan DPK kemungkinan akan tetap lebih tinggi," katanya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement