Jumat 29 Oct 2021 14:07 WIB

Korsel Cabut Pembatasan Covid-19

Korsel menerapkan paspor vaksin untuk tempat-tempat berisiko tinggi.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Orang-orang menunggu untuk diuji di stasiun pengujian COVID-19 di Seoul, Korea Selatan, 29 Agustus 2021, dengan negara itu melaporkan 1.619 kasus harian baru.
Foto: EPA-EFE/YONHAP SOUTH KOREA OUT
Orang-orang menunggu untuk diuji di stasiun pengujian COVID-19 di Seoul, Korea Selatan, 29 Agustus 2021, dengan negara itu melaporkan 1.619 kasus harian baru.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) mulai mencabut semua pembatasan jam operasional di restoran dan kafe sebagai jalan menuju kehidupan normal dengan Covid-19, Jumat (29/10). Namun Pemerintah Korsel menerapkan paspor vaksin untuk tempat-tempat berisiko tinggi seperti gym, sauna, dan bar.

Fase pertama pencabutan pembatasan ini akan mulai berlaku pada Senin (1/11) selama satu bulan. Pejabat mengatakan, pemerintah berencana menyerukan agar semua pembatasan dicabut pada Februari tahun depan.

Baca Juga

"Mulai 1 November, komunitas kami akan mengambil langkah pertama untuk melanjutkan kehidupan normal kami," kata Perdana Menteri Korsel Kim Boo-kyum pada pertemuan pemerintah yang disiarkan televisi.

"Namun, kita harus sadar bahwa ini bukan berarti perang melawan virus Corona telah berakhir, tetapi sebuah awal yang baru," ujarnya menambahkan.

Acara olahraga luar ruangan diizinkan untuk menampung hingga 50 persen penonton dan hingga 100 orang dapat menghadiri konser musik terlepas dari status vaksinasi. Orang yang disuntik vaksin Covid-19 akan diizinkan untuk mengonsumsi popcorn dan soda di dalam bioskop.

Kunjungan ke tempat-tempat berisiko tinggi seperti bar dan klub malam, gym dalam ruangan, sauna, dan bar karaoke akan memerlukan bukti vaksinasi, atau hasil tes Covid-19 negatif dalam waktu 48 jam. Korsel telah meluncurkan aplikasi vaksinnya sendiri yang dikatakan melindungi privasi pengguna melalui teknologi blockchain.

Sementara pertemuan pribadi akan diizinkan dengan hingga 10 orang secara nasional terlepas dari status vaksinasi. Restoran dan kafe akan membatasi hingga empat orang yang tidak divaksinasi per kelompok.

Pihak berwenang mengatakan, akan fokus pada rawat inap dan tingkat kematian daripada mitigasi harian. Pemerintah memperluas perawatan sendiri bagi mereka yang hanya memiliki gejala Covid-19 ringan.

Asosiasi Medis Korea (KMA) dan para ahli telah memperingatkan bahwa waktu peralihan ke strategi baru dapat memicu peningkatan kasus COVID-19. Sebab jumlah kasus yang relatif tinggi dan saat musim dingin mendekat.

Langkah terbaru Korsel bergulat dengan jumlah kasus harian yang tinggi. Meskipun jumlah kasus dan kematian di negara tersebut masih terbilang rendah di bawah banyak negara yang paling parah dilanda pandemi.

Pekan lalu, Korsel melaporkan telah memvaksinasi 70 persen dari 52 juta penduduknya sehingga membuka jalan bagi rencana untuk hidup berdampingan dengan virus Corona. Kini Korsel memvaksinasi penuh sekitar 72 persen dari populasi dan setidaknya satu dosisi vaksin telah diberikan kepada lebih dari 79,8 persen penduduknya.

Meskipun tidak pernah lockdown atau karantina wilayah ketat, Korsel berjuang melawan gelombang infeksi keempat sejak Juli. Pemerintahnya hanya memberlakukan pembatasan ketat disertai protokol kesehatan yang ketat.

Hingga Kamis (28/10), Korsel melaporkan 2.124 kasus Covid-19 baru. Kasus baru ini menjadikan penghitungan kumulatif menjadi 360.536 infeksi Covid-19, sedangkan 2.817 kematian akibat Covid-19 sejak awal pandemi tahun lalu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement