Sabtu 30 Oct 2021 21:00 WIB

Kengerian Disiksa CIA, Khan: Saya Pikir Saya akan Mati

Khan dilarang tidur selama berhari-hari, dan kepalanya ditaruh di bawah air.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
 FILE - Dalam 2 Februari 2002 ini, foto tahanan dari Afghanistan duduk di sel mereka di Camp X-Ray di Pangkalan Angkatan Laut AS di Teluk Guantanamo, Kuba. Pada saat pengambilan gambar, ada 158 tawanan al-Qaida dan Taliban yang ditahan di kamp tersebut. Gedung Putih mengatakan akan menutup penjara di pangkalan AS di Kuba, yang dibuka pada Januari 2002 dan di mana sebagian besar dari 39 pria yang masih ditahan tidak pernah didakwa melakukan kejahatan.
Foto: AP/LYNNE SALDKY
FILE - Dalam 2 Februari 2002 ini, foto tahanan dari Afghanistan duduk di sel mereka di Camp X-Ray di Pangkalan Angkatan Laut AS di Teluk Guantanamo, Kuba. Pada saat pengambilan gambar, ada 158 tawanan al-Qaida dan Taliban yang ditahan di kamp tersebut. Gedung Putih mengatakan akan menutup penjara di pangkalan AS di Kuba, yang dibuka pada Januari 2002 dan di mana sebagian besar dari 39 pria yang masih ditahan tidak pernah didakwa melakukan kejahatan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang tahanan Teluk Guantanamo membeberkan pengalamannya diperlakukan di tangan pemerintahan Amerika Serikat (AS) selama penahanannya di jaringan penjara CIA di luar negeri. Dia mengatakan, dia dibiarkan ketakutan dan berhalusinasi dari teknik yang dirahasiakan Washington.

Mantan penduduk Maryland, Majid Khan (41 tahun) menjadi tahanan Guantanamo pertama yang menggambarkan teknik interogasi CIA. Ini digunakan padanya oleh interogator CIA di penjara luar negeri yang dikenal sebagai 'situs hitam'. "Saya pikir saya akan mati," katanya kepada panel juri militer pada Kamis (28/10) waktu setempat dikutip laman Middle East Eye, Sabtu (30/10).

Baca Juga

Khan merinci sejumlah teknik yang digunakan padanya, termasuk digantung tanpa busana dari balok langit-langit untuk waktu yang lama. Khan dilarang tidur selama berhari-hari, dan kepalanya ditaruh di bawah air sampai hampir tenggelam.

Dia juga dipukuli, diserang secara seksual dan dimasukkan bubur makan siangnya melalui anusnya. Semuanya di penjara luar negeri yang lokasinya tidak diungkapkan.

Segera setelah penangkapannya di Pakistan pada Maret 2003, Khan merasa bahwa semakin ia menuruti perintah pihak berwenang, semakin ia disiksa. "Saya akan memohon mereka untuk berhenti dan bersumpah kepada mereka bahwa saya tidak tahu apa-apa," katanya.

"Jika saya memiliki kecerdasan untuk diberikan, saya pasti sudah memberikannya tetapi saya tidak punya apa-apa untuk diberikan," ujarnya menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement