Selasa 02 Nov 2021 05:00 WIB

AS Prihatin Junta Myanmar Tingkatkan Operasi Militer

Serangan tentara Myanmar disebut menghancurkan 164 rumah dan dua gereja.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam gambar yang dibuat dari video oleh Transborder News ini, asap mengepul dari kamp Tentara Myanmar dekat perbatasan Myanmar dan Thailand pada Selasa, 27 April 2021. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada hari Selasa dalam apa yang mewakili peningkatan moral tindakan bagi mereka yang menentang pengambilalihan militer atas pemerintah sipil negara pada bulan Februari.
Foto: Transborder News via AP
Dalam gambar yang dibuat dari video oleh Transborder News ini, asap mengepul dari kamp Tentara Myanmar dekat perbatasan Myanmar dan Thailand pada Selasa, 27 April 2021. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada hari Selasa dalam apa yang mewakili peningkatan moral tindakan bagi mereka yang menentang pengambilalihan militer atas pemerintah sipil negara pada bulan Februari.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) telah menyatakan keprihatinan tentang peningkatan operasi militer di beberapa bagian Myanmar. Salah satunya negara bagian Chin yang dikatakan lebih dari 100 rumah dan gereja telah dihancurkan dalam serangan itu.

"Kami juga sangat prihatin atas intensifikasi operasi militer pasukan keamanan Burma di berbagai bagian negara itu," kata Departemen Luar Negeri AS pada Ahad (31/10).

Baca Juga

AS menuduh pasukan keamanan melakukan pelanggaran berat hak asasi manusia. Dikatakan tindakan junta menunjukkan ketidakpedulian rezim terhadap kehidupan dan kesejahteraan rakyat.

Saksi dari kelompok bantuan dan media lokal telah melaporkan pembakaran rumah dan eksodus orang dari kota Thantlang di negara bagian Chin. Seorang anggota milisi anti-junta setempat, Salai, mengatakan tentara menembakkan artileri ke kota itu pada 29 Oktober, memicu kebakaran di beberapa rumah.

Tentara kemudian membakar rumah-rumah. Kondisi ini Salai saksikan karena bisa melihat dari sebuah bukit yang menghadap ke kota. "Kami melihat asap dan kami tahu bahwa beberapa rumah kami terbakar. Tidak ada yang bisa kami lakukan, hanya untuk menyaksikan pembakaran itu," katanya.

Rekaman drone pada hari berikutnya menunjukkan 164 rumah dan dua gereja hancur. Seorang juru bicara junta tidak menanggapi tuduhan itu tetapi tentara menyebut milisi itu teroris yang berniat menghancurkan negara itu.

Sejak kudeta, ribuan orang telah meninggalkan negara bagian Chin ke negara tetangga India. Seorang tetua setempat di Thantlang yang mengelola kamp-kamp pengungsi, mengatakan hanya satu keluarga yang tersisa di kota itu.

"Rumah adalah tempat hati kami berada. Orang-orang di sini khawatir bahwa sisa rumah akan dibakar oleh mereka. Ini adalah kekhawatiran terbesar kami," ujar tetua itu.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement