REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON — Gerakan magrib mengaji bertujuan untuk membina anak-anak agar memiliki akhlak yang mulia. Maghrib mengaji juga merupakan aktivitas ibadah yang sangat lekat dengan masyarakat muslim di Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Wali Kota Cirebon, Nashrudin Azis, saat deklarasi dan peluncuran Gerakan Masyarakat Magrib Mengaji se-Kota Cirebon serta lokakarya dan penutupan kuliah kerja nyata (KKN) Gemar Mengaji Tingkat Kota Cirebon, yang digelar oleh LP2M IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Selasa (2/11).
‘’Melalui KKN gerakan masyarakat magrib mengaji, kita kembali menyadari bahwa mengaji merupakan salah satu aktivitas ibadah yang sangat lekat dengan masyarakat Muslim Indonesia,’’ kata Azis.
Masjid, surau, langgar, dan mushala senantiasa ramai karena aktivitas anak-anak yang mengaji usai sholat Ashar dan Maghrib. Sejak dini, anak-anak sudah diperkenalkan baca tulis Alquran dan mengaji. Mereka juga mendapatkan pendidikan agama yang cukup di tempat-tempat tersebut.
Namun, arus modernisasi saat ini telah menggeser nilai, budaya dan tradisi masyarakat. Tidak hanya masyarakat perkotaan, namun juga pedesaan. Sehingga terjadi perubahan sosial yang cukup signifikan di tengah-tengah masyarakat.
‘’Tradisi baik yang telah tertanam mulai tergerus, salah satunya budaya mengaji di waktu maghrib,’’ tutur Azis.
Untuk itu, Azis menyambut baik terhadap kegiatan mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang telah menggiatkan kembali Gerakan Maghrib Mengaji. Dia mengatakan, para mahasiswa tersebut telah berkontribusi dalam upaya pencegahan perubahan dan pergeseran sosial yang kini terjadi.
Dijelaskan Azis, mahasiswa IAIN Syekh Nurjati telah melakukan upaya dan langkah konstruktif untuk menghidupkan dan mengembalikan kembali tradisi baik yang telah mengakar. Yaitu memakmurkan musala, langgar dan masjid dengan aktivitas mengaji.