Selasa 09 Nov 2021 19:26 WIB

Ini Alasan Sebenarnya Vaksin Covid-19 Cepat Sekali Ditemukan

Pendanaan besar, teknologi dan jutaan relawan membuat vaksin Covid-19 cepat ditemukan

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Vaksin Covid-19 (ilustrasi). Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Rahimi Syaidah menjelaskan, alasan kenapa vaksin Covid-19 cepat sekali ditemukan padahal virusnya baru ada akhir 2019 tetapi telah ditemukan di akhir 2020. Salah satu alasannya adalah teknologi yang semakin maju dan pendanaan vaksin yang banyak hingga banyaknya relawan yang terlibat dalam uji coba vaksin Covid-19.
Foto: Pxhere
Vaksin Covid-19 (ilustrasi). Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Rahimi Syaidah menjelaskan, alasan kenapa vaksin Covid-19 cepat sekali ditemukan padahal virusnya baru ada akhir 2019 tetapi telah ditemukan di akhir 2020. Salah satu alasannya adalah teknologi yang semakin maju dan pendanaan vaksin yang banyak hingga banyaknya relawan yang terlibat dalam uji coba vaksin Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Rahimi Syaidah menjelaskan, alasan kenapa vaksin Covid-19 cepat sekali ditemukan padahal virusnya baru ada akhir 2019 tetapi telah ditemukan di akhir 2020. Salah satu alasannya adalah teknologi yang semakin maju dan pendanaan vaksin yang banyak hingga banyaknya relawan yang terlibat dalam uji coba vaksin Covid-19.

Rahimi menyebutkan, ada empat alasan mengapa vaksin Covid-19 cepat ditemukan. Pertama karena tidak dimulai dari nol. 

"Artinya banyak penyakit yang memiliki gejala seperti Covid-19 tetapi sudah ada vaksinnya. Jadi, kita gunakan blue print vaksin penyakit lain tersebut untuk membuat vaksin Covid-19, ini seperti influenza, ebola," ujarnya saat Webinar virtual yang diadakan Pengabdian Masyarakat FK UI bertema Upaya Pemberdayaan Remaja Melalui Edukasi dan Penyampaian Informasi yang Benar Mengenai Covid-19 Serta Menjaga Kesehatan Kesehatan di Masa Pandemi, Selasa (9/11).

Ia menyontohkan ketika satu perusahaan telepon genggam dan ingin mengeluarkan produk telepon terbaru maka mereka tidak memulai pembuatannya dari nol melainkan memulai dari handphone generasi sebelumnya yang diperbarui untuk lebih canggih. Ia mengibaratkan produksi telepon genggam tipe terbaru itu sama seperti pembuatan vaksin Covid-19 yang bisa lebih cepat.

Alasan kedua, dia melanjutkan, karena teknologi semakin maju sehingga prosesnya lebih cepat dan pendanaannya lebih banyak. Ketiga, persetujuannya yang dipercepat.

Akhirnya, dia melanjutkan, vaksin tidak lagi melewati masa preklinik sebelum diuji coba ke manusia karena menggunakan blue print vaksin penyakit lain yang sudah ada sebelumnya.

"Alasan terakhir karena banyak relawan yang ingin jadi bagian percobaan uji klinis vaksin Covid-19," ujarnya.

Padahal, dia melanjutkan, biasanya proses pengujian vaksin akan memakan waktu bertahun-tahun. Misalnya fase satu mencari puluhan orang menjadi relawan untuk diujicobakan vaksin biasanya memakan waktu sangat lama.

Apalagi fase kedua dan fase ketiga yang lebih lama. Namun, Covid-19 yang sudah dirasakan di seluruh dunia sehingga mudah sekali untuk mencari relawannya.

Artinya, dia melanjutkan, vaksin Covid-19 melewati berbagai macam fase sehingga mudah untuk dilepas ke masyarakat. Oleh karena itu, ia menegaskan vaksin Covid-19 aman.

Kemudian setelah divaksin selain melindungi diri sendiri juga mampu melindungi masyarakat yang tidak mampu divaksin misalnya bayi atau orang tua yang sudah lanjut usia, atau ada kelompok masyarakat yang tidak bisa divaksin. Sebaliknya, dia melanjutkan, jika ada seorang pekerja ketika terinfeksi Covid-19 kemudian pergi bekerja dan berkumpul dengan teman kerjanya kemudian menularkan virus ke satu orang.

Ternyata satu orang yang tertular ini tinggal serumah dengan mertuanya dan memiliki anak kecil, kemudian ngobrol dengan tetangganya dan menularkan pada orang yang kontak dengannya.

Kemudian, ketika pulang ke rumah, mertuanya yang tidak bisa divaksin ini akhrnya tertular virus, begitu juga dengan anaknya yang masih kecil. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kekebalan kelompok atau (herd immunity). 

"Vaksin Covid-19 tak hanya melindungi diri sendiri melainkan juga masyarakat lain yang tidak bisa divaksin," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement