REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Permasalahan sampah di Indonesia semakin mengkhawatirkan, seiring banyaknya limbah sampah, terutama yang berasal dari plastik. Jumlah tempat pembuangan sampah yang kurang, menjadi salah satu yang dapat menyebabkan berbagai masalah seperti sampah sebagai tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus. Juga menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air, dan udara, serta menjadi sumber dan tempat hidup kuman.
Pada dasarnya, seluruh bahan organik, lambat laun akan lapuk dan terurai dengan sendirinya. Hasil pelapukan bahan organik ini, yang umum dikenal masyarakat sebagai kompos. Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang dikenal luas di masyarakat. Sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami pelapukan, bentuknya berubah (menjadi seperti tanah), tidak berbau, dan mengandung unsur yang dibutuhkan tanaman, disebut mengomposkan.
Melalui sosialisasi mengompos yang diadakan oleh tim Program Holistik Pembinaan Dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) Himpunan Mahasiswa Bahasa Inggris (English Society) Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) kepada warga sekitar RT 01 dan RT 03 Kosambi, Tangerang, mengajak warga untuk berpartisipasi dalam mengelola sampah agar menjadi lebih bermanfaat, pada Ahad (31/10).
Agus Priadi, selaku Kaprodi Sastra Bahasa Inggris Universitas BSI menyambut baik dengan adanya kegiatan sosialisasi ini. Menurutnya, kegiatan ini merupakan salah satu perwujudan program kegiatan tim PHP2D English Society Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) dari PS4 (4 Cara Pengelolaan Sampah).
“Manajemen sampah salah satunya dengan menerapkan gaya hidup minim sampah. Bisa dilakukan dengan kegiatan mengompos. Dari kegiatan mengompos dapat mengurangi sampah rumah tangga. Melalui kegiatan sosialisasi ini warga diberikan pembinaan mengenai tata cara mengompos serta membentuk kebiasaan baru untuk memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk melalui pengomposan,” ujar Agus.
Dengan adanya kegiatan program sosialisasi ini, warga RT 01 merasa sangat terbantu, terutama seputar cara mengelola sampah menjadi kompos. Sehingga dapat mengurangi penumpukan sampah yang menyebabkan berbagai penyakit.
Atin, salah satu perwakilan warga RT 01 menjelaskan, sampah organik di lingkungan rumah menjadi permasalahan tersendiri, terutama dapat menyebabkan beberapa penyakit. Dengan adanya kegiatan kompos ini, ia merasa tertarik melakukan kegiatan mengompos.
"Sampah yang terdapat di wilayah RT.01 akan menumpuk setiap 2 hari sekali. Namun pengangkutan sampah, biasanya dilakukan hanya sekali dalam seminggu. Hal itu menyebabkan pembusukkan sampah organik dan juga timbulnya belatung,” ungkapnya.
"Namun, hadirnya tim PHP2D dari Universitas BSI di wilayah kami dengan menyosialisasikan kegiatan mengompos menjadi solusi bagus untuk masyarakat agar lebih paham cara pengomposan. Sehingga tidak perlu bingung lagi ketika menunggu pengangkutan sampah,” tutupnya.