REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat komunikasi dari Universitas Indonesia, Fatimah Ibtisam, menilai banyaknya hoaks dan fitnah yang menimpa sejumlah tokoh menjadi cermin ketidakdewasaan dalam berpolitik. Baik pihak yang menyebar maupun mempercayai serangan hoaks, kata Tisam, membuktikan seberapa berkualitas tingkat kematangan intelektual dan emosional.
Tisam mencontohkan serangan yang kerap ditujukan ke sejumlah tokoh, seperti Presiden Jokowi hingga sejumlah menterinya yang bersifat personal. "Teranyar, Erick Thohir yang diserang dengan fitnah, terutama yang berkaitan dengan keluarganya," kata dia dalam keterangan resminya, Senin (15/11).
Tisam menduga, 'serangan' kepada Menteri BUMN Erick Thohir itu sebagai bagian dari usaha untuk merusak karakter sang menteri. Dia memandang, serangan fitnah yang bersifat personal menunjukkan kegagalan mencari celah untuk mengkritisi ET dari sisi objektif.
"Oleh karena itu, kemudian kerap muncul serangan fitnah yang sifatnya personal. Mengambil jalan pintas yang cepat untuk menjatuhkan, yakni dengan informasi yang direkayasa. Di sisi lain, mengangkat isu personal seperti ini kontraproduktif dan tidak bermanfaat. Mengaburkan isu dan kritik yang semestinya diangkat, seperti bagaimana upaya penguatan BUMN," ujar Tisam.
"Sepekan terakhir, Erick Thohir diserang sejumlah serangan hoaks. Mulai dari tudingan soal PCR, deklarasi capres, hingga serangan fitnah yang menyasar kepada keluarganya. Bahkan, Erick difitnah soal asal-usul keluarga dan agamanya. Tisam menilai serangan fitnah itu membuktikan adanya pihak yang memancing di air keruh," kata dia.
Tisam mengatakan, sulit dilepaskan kenyataan bahwa serangan itu terkait dengan posisi Erick sekarang ini sebagai salah satu menteri di pos strategis. Sebab, kata Tisam, sebelum duduk di pemerintahan Erick relatif tidak pernah diserang isu negatif. Ini membuktikan adanya pihak yang kepentingannya terganggu.
Baca juga : Diterpa Isu Miring, Erick Thohir Tetap Fokus Bekerja
"Memang makin tinggi pohon semakin kencang pula angin yang menerpa. Mungkin, posisi sebagai menteri membuat banyak orang yang kepentingannya terganggu menyerang balik. Salah satu bentuknya adalah fitnah," ujar Tisam.
Tisam mengajak masyarakat untuk cerdas dalam menyaring informasi. Menurutnya, kritik adalah hal yang diperlukan oleh pejabat publik. Namun, serangan fitnah atau hoaks, menurut dia, adalah hal yang tidak dapat diterima dan dibenarkan dalam konteks apa pun.
"Fitnah dan hoaks apalagi menyasar ke keluarga dan orang tua dari sang pejabat, adalah tindakan yang tidak manusiawi," ujar Tisam.
Tisam memandang, pola serangan ke Erick adalah pola lama yang kerap menimpa sejumlah tokoh dan pejabat. "Sebenarnya fitnah semacam ini bukan hal baru, kerap menimpa tokoh penting atau pemimpin. Jika diamati narasi hoaks-nya pun mirip. Sehingga sebenarnya cukup mudah bagi masyarakat untuk menilai mana yang kritik dan yang mana serangan personal berupa hoaks," kata dia.