Selasa 16 Nov 2021 17:01 WIB

Antara Southgate, PR Besar, dan Sosok Darah Muda Tiga Singa

Bakat muda Inggris benar-benar melimpah.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Pelatih Inggris Gareth Southgate (kanan) menyapa pemain Inggris Harry Kane saat ia digantikan pada pertandingan sepak bola kualifikasi grup I Piala Dunia 2022 antara San Marino dan Inggris di Stadion Olimpiade, di Serravalle, San Marino, Selasa (16/11).
Foto: AP/Antonio Calanni
Pelatih Inggris Gareth Southgate (kanan) menyapa pemain Inggris Harry Kane saat ia digantikan pada pertandingan sepak bola kualifikasi grup I Piala Dunia 2022 antara San Marino dan Inggris di Stadion Olimpiade, di Serravalle, San Marino, Selasa (16/11).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tempat Inggris di Piala Dunia 2022 sudah aman. Namun bukan berarti Gareth Southgate bisa bersantai. Justru, selama 12 bulan ke depan, Southgate harus membenahi timnya setelah jadi semifinalis di Piala Dunia 2018 lalu finalis Euro 2020. 

Dikutip dari Sky Sports, Selasa (16/11), tugas pertama Southgate adalah menemukan gelandang yang mahir mengolah dan menguasai bola. Dua pemain Inggris yang paling mengesankan di Euro 2020 adalah Kalvin Phillips dan Declan Rice, yang dinilai akan lebih banyak tampil di panggung internasional. 

Baca Juga

Tapi masalah lama untuk Inggris adalah mempertahankan penguasaan bola di lini tengah melawan tim terbaik. Masalah tersebut terlihat ketika melawan Kroasia di semifinal Piala Dunia 2018. Setelah mencetak gol lebih awal, Inggris kembali bertahan dan tekanan makin meningkat, tidak mampu mempertahankan bola dan akhirnya kebobolan dua kali. 

Masalah itu terlihat lagi pada bulan Juli, saat Inggris mencetak gol awal melawan Italia, sebelum lawan menyamakan kedudukan. Awal positif dan keunggulan satu gol pun terbuang sia-sia saat melawan Belanda di semifinal Liga Bangsa-Bangsa UEFA 2019. Karena itu, ini jadi masalah berulang dan Southgate jelas menyadarinya.

Sejak Euro, Southgate telah bereksperimen dengan Trent Alexander-Arnold, Phil Foden dan Mason Mount di lini tengah. Sementara Reece James hanya diberi sedikit kesempatan saat melawan Andorra dan San Marino. Jude Bellingham, yang perkembangannya dipantau dengan hati-hati oleh Southgate, mungkin jadi pilihan mudah di lini tengah. Rekor larinya melawan Albania dan San Marino menjadi indikasi kalau ia masuk dalam rencana Southgate.

Sementara Rice dan Phillips mungkin sedikit diremehkan saat sedang memegang bola. Faktanya, Inggris menyelesaikan kurang dari 75 persen operan melawan Italia pada bulan Juli, sementara lawan mereka merampungkan 89 persen. Karena itu sosok yang lebih berpengalaman diperlukan pada kesempatan tertentu.

Masalah lain yang jadi PR Southgate adalah mengelola tekanan dari tingginya harapan. Dalam dua kompetisi besar terakhir, Inggris telah berubah, dari yang tidak dijagokan dalam perjalanan ke Rusia, hingga harapan tinggi di Euro. Inggris melaku sampai semifinal pada Piala Dunia 2018.

Namun, tekanan besar justru datang usai Inggris menjadi tuan rumah Euro. Rakyat Inggris menanamkan harapan tinggi pada Harry Kane cs agar Inggris menjadi juara dalam event yang ditunda setahun akibat pandemi tersebut. Tapi pemain muda Inggris terlihat tak mampu mengatasi tekanan tersebut, khususnya melawan Italia yang diisi oleh pemain berpengalaman.

Harapan tinggi itu tentu kembali muncul pada Piala Dunia di Qatar. Tim yang mayoritas diisi oleh pemain muda ini memiliki pengalaman berharga di Euro. ditambah lagi, pemain-pemain ini akan terus berkembang selama 12 bulan ke depan. Namun Piala Dunia 2022 akan digelar pada pertengahan musim, yang mengorbankan Liga Primer Inggris.

Selain itu, kontrak Southgate juga akan habis usai Piala Dunia, meski ada kabar ia akan memperpanjangnya dua tahun. Sehingga kemudian ada narasi sekarang atau tidak sama sekalinya. Hal itu juga berlaku untuk beberapa pemain seniornya. 

Inggris masih akan memiliki skuad yang relatif muda, dengan 17 dari 26 pemain berusia 25 tahun tahun atau kurang selama Euro lalu. Namun Kane akan berusia 29 tahun pada Piala Dunia, Raheem Sterling 28 tahun, Jordan Henderson 32 tahun, Harry Maguire 29 tahun, dan Kyle Walker 32 tahun.

Maka dari itu, mereka menganggap ini jadi peluang terbaik untuk memenangkan Piala Dunia. Setidaknya mengakhiri tahun-tahun menyakitkan dan dengan harapan yang meningkat, Southgate dan pemainnya tidak bisa meninggalkan Qatar dengan penyesalan.

Terakhir, Southgate wajib memadukan pemain berpengalaman dengan pemain muda. Dengan Piala Dunia yang akan datang digelar satu setengah tahun dari pergelaran Euro, kemungkinan hanya akan ada sedikit perubahan dari skuad Southgate.  

Namun Southgate masih harus melakukan harmonisasi antara pemain muda dan senior di timnya. Saat melawan Polandia baru-baru ini, Southgate tidak melakukan pergantian pemain. Dalam hasil imbang 1-1 tersebut, Southgate memainkan pemain yang lebih berpengalaman seperti Jordan Pickford, Kyle Walker hingga Harry Kane. 

Southgate juga secara teratur memainkan pemain remaja Bukayo Saka dan Bellingham. Tapi ada sejumlah pemain muda yang akan merasa putus asa karena terpinggirkan. Mason Greenwood jadi sorotan tajam karena tidak dibawa Southgate. Namun ia berjanji akan membawa ke Qatar, jika mempertahankan levelnya di Manchester United.

Ada juga Emile Smith Rowe, yang menjalani debutnya melawan Albania, lalu mencetak gol dan assist pertamanya saat menghadapi San Marino. Conor Gallagher juga dipromosikan dari U21, dan Curtis Jones juga menjadi pemain muda lain yang bersinar bersama klubnya.

Joe Gomez, Callum Hudson-Odoi, Ross Barkley dan Ruben Loftus-Cheek semuanya memiliki sentuhan sepak bola kelas dunia. Menemukan keseimbangan yang tepat antara opsi baru yang dicoba dan diuji dan menarik akan menjadi tugas utama bagi Southgate saat ia mempertimbangkan siapa yang akan dibawa ke Piala Dunia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement