REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rangkaian Jakarta Muslim Fashion Week 2022 dimulai pada Kamis (18/11) di Gelora Bung Karno, Jakarta dengan agenda parade busana Muslim dari lembaga pendidikan, desainer profesional serta industri fesyen nasional.
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, menyampaikan, untuk bisa menjadikan Jakarta sebagai kiblat dari industri fesyen Muslim dunia dibutuhkan kerja sama dari para akademisi, sektor swasta, hingga asosiasi yang membidangi dunia fesyen. Kemendag optimistis fokus pemerintah untuk memajukan industri fesyen Muslim dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia.
"Kita punya pasar yang sangat besar dan peluang untuk membesarkan industri ini juga sangat besar. Kemendag akan menjadi agregator untuk menciptakan Indonesia sebagai kiblat fesyen dunia," kata Lutfi di Jakarta, Kamis (18/11).
Lutfi mengungkapkan, Indonesia saat ini menempati peringkat kelima sebagai pasar fesyen Muslim dengan nilai pasar 16 miliar dolar AS. Adapun nilai ekspor tahunan fesyen Muslim hanya sekitar 500 juta dolar AS.
"Padahal, total nilai ekspor garmen nasional per tahun itu 11 miliar dolar AS. Jumlahnya kecil sekali. Jadi ini harus diekstensifikasi kekuatan pasarnya," kata Lutfi menambahkan.
Menurutnya, dengan populasi hingga 270 juta orang, semestinya dalam lima tahun ke depan nilai pasar fesyen Muslim bisa naik lima kali lipat. Sementara nilai ekspor fesyen Muslim ditargetkan tumbuh 10 kali lipat dari saat ini.
Lutfi mengatakan, saat ini eksportir fesyen Muslim terbesar di dunia dipegang oleh China dengan nilai 11 miliar dolar AS. Kemudian diikuti Turki 3 miliar dolar AS, India 2,8 miliar dolar AS serta Uni Emirat Arab 1,5 miliar dolar AS.
Nilai ekspor Indonesia yang hanya 500 juta dolar AS, kata Lutfi, bahkan tidak masuk dalam 10 besar eksportir di dunia meski menjadi negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, mengatakan, pihaknya merubah total sistem pendidikan di perguruan tinggi untuk mendukung penciptaan talenta-talenta baru. Saat ini pemerintah telah memperbolehkan di mana mahasiswa S1 dapat mengambil pembelajaran selama satu semester penuh di industri atau perusahaan fesyen maupun kosmetik.
Program tersebut akan setara dengan 20 SKS dan mahasiswa yang menjalani pembelajaran mendapatkan sertifikasi dari lembaga yang bersangkutan. Adapun lembaga yang diperbolehkan pemerintah yakni sudah memiliki kualitas dunia.
"Bukan hanya itu, bahkan bisa di danai uang transport kepada mahasiswa yang bersangkutan dari Kemendikbud. Kalau perusahaan menggunakan mentor profesional, mentornya pun akan didanai. Jadi ini program subsidi penuh oleh pemerintah," kata dia.
Kemajemukan Indonesia
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menekankan, industri fesyen Muslim bukan hanya milik orang Islam, tapi seluruh masyarakat Indonesia dengan keragamannya. "Jadi ini bukan terkait agama tapi toleransi di Indonesia yang akan menciptakan nilai bisnis yang bagus," ujar dia.
Wakil Ketua Komite Promosi Fesyen Muslim, Anne Patricia Sutanto, mengatakan, setiap negara memiliki keunikan fesyen Muslim tersendiri. Modal Indonesia dengan kemajemukan yang besar seharusnya bisa menunjukkan keunikan yang unggul. Apalagi, kualitas sumber daya desainer terus meningkat dan bersaing di level global.
Sejauh ini tedapat 15 asosiasi fesyen yang akan terlibat serta 24 desainer dunia ternama yang membantu penyelenggaraan JMFW. Pihaknya optimistis dengan waktu satu tahun ke depan, JMFW akan menjadi agenda terbesar di dunia di bidang industri fesyen Muslim.
"Kita pastikan JMWF tahun depan adalah the largest show in the world," ujar Anne.