Sabtu 20 Nov 2021 15:05 WIB

Maersk Terbitkan Obligasi Hijau Pertama

Maersk bergerak lebih cepat daripada pesaing dalam mengkarbonisasi bisnisnya.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Kapal Tommi Ritscher milik Maersk Line saat hendak sandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Foto: Dokumen
Kapal Tommi Ritscher milik Maersk Line saat hendak sandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Moller-Maersk A/S, perusahaan pengiriman peti kemas terbesar di dunia, telah menerbitkan obligasi hijau pertamanya dalam penjualan yang menarik lebih banyak minat daripada yang lain di pasar kredit Eropa pada pekan ini.

Seperti dilansir dari laman AP, Sabtu (20/11) kesepakatan itu merupakan tonggak sejarah bagi industri yang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil untuk bisnisnya. Maersk yang berbasis di Kopenhagen mengumpulkan 500 juta euro (566 juta dolar AS) dengan kupon rekor terendah 0,75 persen. Ini merupakan pertama kalinya sejak 2018 perusahaan beralih ke pasar euro untuk pembiayaan utang.

Baca Juga

Maersk telah menjelaskan keinginan bergerak lebih cepat daripada pesaing dalam mengkarbonisasi bisnisnya, karena investor mulai mengalihkan modal dari penghambat iklim. Perusahaan berencana untuk membelanjakan hasil penjualan obligasi bagi kapal pengumpan kecil dan delapan kapal besar berbahan bakar metanol yang dipesan pada awal tahun ini.

Kepala Departemen Keuangan dan Risiko Maersk Niclas Erlandson mengatakan kesepakatan ramah lingkungan masa depan secara bertahap akan membantu menyapih perusahaan dari bahan bakar fosil. "Kami memiliki ambisi untuk memperluas portofolio obligasi hijau kami," katanya.

“Perusahaan berencana untuk menilai setiap penerbitan individu berdasarkan kasus per kasus," katanya.

Chief Executive Officer Soren Skou mengatakan bulan ini Maersk mungkin akan dapat mencapai netralitas karbon lebih awal dari target 2050 saat ini. Dia berencana untuk memperbarui pemegang saham pada garis waktu emisi baru pada Maret.

Maersk saat ini mengkonsumsi sekitar 12 juta ton minyak laut per tahun, yang kira-kira sama dengan semua minyak yang diproduksi di dunia dalam satu hari. Skou mengatakan industri perkapalan harus mampu mengelola transisi ke kapal yang menggunakan metanol atau amonia daripada hidrokarbon, sebuah saklar diperkirakan menambah 10 persen sampai 12 persen terhadap biaya transportasi.

Chief Financial Officer Patrick Jany mengatakan pada Mei bahwa Maersk dapat menjadikan keuangan hijau sebagai dasar dari program utangnya ke depan. Dia juga mencatat bahwa arus kas Maersk berarti tidak membutuhkan uang. Laba bersih pada 2021 akan mencapai sekitar 17 miliar dolar AS atau hampir lima kali lebih banyak dari yang dibukukan pada 2020.

“Tidak perlu menaikkan utang baru. Waktu penerbitan terkait dengan investasi yang kami lakukan dalam perjalanan dekarbonisasi kami, yang merupakan cerminan dari strategi perusahaan pada masa depan, daripada kondisi pasar saat ini,” ucapnya.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement