Selasa 23 Nov 2021 21:20 WIB

Laporan Dokter dan Jurnalis: Maradona Dikubur tanpa Jantung

Jantung Maradona dicabut menghindari pencurian dan untuk penelitian.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Israr Itah
 Poster raksasa Diego Maradona dipajang di balkon istana presiden yang dikenal sebagai Casa Rosada atau Pink House, di Buenos Aires, Argentina, Kamis, 26 November 2020. Pemain sepak bola hebat Argentina yang termasuk di antara pemain terbaik yang pernah dan yang memimpin negaranya meraih gelar Piala Dunia 1986 meninggal karena serangan jantung di rumahnya pada Rabu di usia 60 tahun.
Foto: AP/Marcos Brindicci
Poster raksasa Diego Maradona dipajang di balkon istana presiden yang dikenal sebagai Casa Rosada atau Pink House, di Buenos Aires, Argentina, Kamis, 26 November 2020. Pemain sepak bola hebat Argentina yang termasuk di antara pemain terbaik yang pernah dan yang memimpin negaranya meraih gelar Piala Dunia 1986 meninggal karena serangan jantung di rumahnya pada Rabu di usia 60 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Diego Maradona meninggal pada usia 60 tahun pada 25 November 2020. Namun dalam beberapa bulan sejak kematiannya, banyak kontroversi yang menyelimutinya. Isu terbaru mengungkap konspirasi mengenai pamakamannya.

Penyebab kematian Maradona belum jelas, dan ada penyelidikan kriminal yang dilakukan terhadap dokter yang terlibat dalam perawatan mantan bintang Napoli itu. Namun, dalam beberapa hari terakhir, kutipan dari sebuah buku yang ditulis oleh dokter dan jurnalis, Nelson Castro, telah merinci beberapa detail mengejutkan seputar kematian Maradona.

Baca Juga

Castro mengungkapkan, ada kelompok Gimnasia La Plata barra bravas yang berencana untuk mendobrak dan mengambil jantungnya. "Itu tidak membuahkan hasil karena orang tahu itu akan terjadi, sehingga jantung Maradona dicabut," ungkap Castro, dikutip dari Marca, Selasa (23/11).

Castro juga mengatakan, jantung legenda Napoli itu diambil untuk dipelajari. Sebab, jantungnya sangat penting dalam menentukan penyebab kematian. "Jelas informasinya dia dikubur tanpa jantung," kata Castro.

Legenda Argentina itu memang meninggal dalam kondisi kesehatan yang buruk pada bulan-bulan terakhir menjelang kematiannya. Situasi makin buruk karena Maradona memiliki kepribadian yang adiktif terhadap segala sesuatu yang merusak dirinya.

Castro mengatakan, orang lain akan meninggal lebih cepat dengan situasi seperti itu, tapi Maradona tidak. Ia menjelaskan, Maradona mendapatkan anugerah punya ketahanan tubuh yang luar biasa. Masalahnya, kata Castro, Maradona tak pernah mau menjalani program pemulihan berkelanjutan. 

"Jantung Maradona beratnya setengah kilo, itu sangat besar. Biasanya berat (jantung) 300 gram, meskipun dia punya jantung atlet yang lebih besar, ini besar karena sesuatu yang lain. Itu karena gagal jantung yang dia alami," jelas Castro.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement