REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG — Dr. Suryo Wiyono, dosen Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) University, menerima penghargaan penting dari ajang Anugerah Konservasi Alam 2021.
Penghargaan yang diberikan kepada Suryo dilatari karena ikhtiar dan dedikasi tanpa lelah dalam mengembangan mikroba. Pengembangan dan penelitiannya itu juga memberikan manfaat secara langsung kepada para petani sekaligus memberi kontribusi signifikan dalam menekan penggunaan bahan kimiawi.
“Saya berharap dengan penemuan yang ada dari para peneliti, seperti mikroba, bisa menjadi jalan untuk menguatkan pangan nasional serta meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia,” kata Suryo dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (25/11).
Akademisi asal Bojonegoro, Jawa Timur, ini menerima penghargaan berkat kiprahnya sejak 2018 dalam mengembangkan mikroba. Bahan alami ini dimanfaatkan Suryo untuk meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Dalam penelitiannya, pria berusia 51 tahun ini menemukan dan mengembangkan tiga jenis mikroba bermanfaat yaitu PGPR – Plant Growth Promoting Rhizobacteria (Lysinibacillus fusiformis), cendawan patogen serangga untuk wereng (Hirsutella) dan bakteri antifrost. Ia mengaku salah satu mikroba PGPR ini merupakan hasil dari riset yang dilakukannya di Ciremai.
“Bersama Taman Nasional Gunung Ciremai, alhamdulillah, PGPR sudah diaplikasikan para petani di 57 desa penyangga, yaitu Kuningan dan Majalengka. Aplikasi PGPR Ciremai dilakukan pada tanaman padi, ubijalar, timun, tomat, bawang merah, bawang putih, kacang Panjang, jahe, jagung, kopi dan cengkeh,” tutur penyandang gelar doktoral Phytomedicine dari Goettingen University, Jerman.
Para petani yang menggunakan PGPR Ciremai, kata Suryo, telah merasakan manfaat. Para petani yang menggunakan mikroba besutan Suryo ini sudah bisa mengurangi penggunaan pupuk sintetik hingga 50 persen.
Selain itu para petani juga sudah bisa menurunkan penggunaan pestisida sampai 100 persen. Semenatra pada sisi hasil, penggunaan mikroba ini mampu meningkatkan hasil 30-70 persen.
“Dengan penggunaan mikroba ini para petani mendapat manfaat langsung sekaligus juga bisa berkontribusi menjaga kesimbangan alam. Dengan menggunakan mikroba ini penggunaan input kimia sintetis jadi terbatas. Jadi ekosistem lebih terjaga,” kata dia.
Penggunaan mikroba merupakan terobosan penting di tengah tantangan dunia pertanian yang ada saat ini seperti perubahan iklim. Menurut Suryo, teknologi microbial menjadi salah satu tumpuan pertanian ke depan untuk meningkatkan produksi sekaligus mengurangi ancaman perubah iklim.
“Di sinilah peran penting akademisi dan ilmuwan untuk turut serta menjaga kelestarian lingkungan,” ujar pria yang kini menjabat sebagai wakil dekan bidang Sumberdaya Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Pertanian IPB ini.
Suryo yang juga menjabat sebagai ketua umum Gerakan Petani Nusantara (GPN) menerima penghargaan bergengsi ini pada acara puncak Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional Tahun 2021di Taman Wisata Alam Teluk Kupang, NTT Rabu (24/11).
Acara tersebut dihadiri sejumlah pejabat dari Kementerian Kehutanan, Gubernur NTT, beserta pimpinan daerah di NTT. Selain itu hadir juga para kepala Taman Nasional dari seluruh Indonesia, komunitas, pemuda, pelajar, Pramuka saka wana bhakti, tokoh masyarakat, ilmuwan, serta aktivis lingkungan.
Suryo menerima sertifikat penghargaan yang langsung diserahkan oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr Alue Dohong, didampingi Dirjen Konservasi Sumberdaya dan Ekosistem, Ir. Wiratno MSc dan Gubernur NTT, Viktor Laiskodat.