REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri China Wang Yi melakukan konferensi video dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian pada Rabu (24/11) malam. Kedua negara siap bekerja sama untuk melawan unilateralisme dan menjunjung tinggi prinsip non-intervensi.
"China siap bekerja sama dengan Iran untuk melawan kebijakan tindakan sepihak dan pelecehan, menjunjung tinggi prinsip non-intervensi dalam urusan internal, serta membela keadilan dan ketidakberpihakan internasional," kata Wang, dikutip laman Sputnik.
Wang mengungkapkan, China tidak memiliki niat memaksakan model pembangunannya sendiri. Tapi ia berharap hal itu dapat menjadi contoh bagi Iran. China, kata Wang, menghargai dukungan Teheran untuk inisiatif pembangunan global yang diajukan Presiden Xi Jinping.
Pada kesempatan itu, Wang dan Abdiollahian turut membahas tentang pemulihan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dan pencabutan sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran. "China memahami tuntutan yang wajar dari Iran dan mendukung Teheran dalam melindungi hak serta kepentingannya yang sah,” ujar Wang.
Wang mengatakan, dalam proses pembicaraan pemulihan JCPOA yang akan berlanjut di Wina, Austria, akhir bulan ini, semua pihak harus melakukan upaya bersama untuk mempertahankan kecenderungan melanjutkan negosiasi. Sementara itu, Abdollahian menekankan, Iran sangat menghargai peran konstruktif yang dimainkan China dalam dimulainya kembali perundingan JCPOA di Wina.
Pekan lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan, penghapusan sanksi AS terhadap negaranya dalam pembicaraan pemulihan JCPOA, sangat penting bagi Teheran. “Yang penting bagi kami adalah bagaimana mencapai kesepakatan yang baik di Wina. Dari titik mana pembicaraan akan dimulai di Wina, kurang penting,” kata Khatibzadeh dalam konferensi pers pada Senin (15/11).
Dia mengakui niat AS untuk bergabung kembali dalam JCPOA. “Tapi bagi kami penting untuk memastikan bahwa sanksi dicabut dan untuk memverifikasinya,” ujarnya.