REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kabinet Jepang menyetujui permintaan anggaran tambahan untuk pertahanan sebesar 770 miliar yen atau 6,8 miliar dolar AS hingga Maret mendatang. Dana tersebut untuk membeli rudal, roket anti-kapal selam, dan senjata lainnya.
Keputusan Negeri Sakura menambah anggaran pertahanan ini diambil di tengah kekhawatiran meningkatnya ketegangan di kawasan akibat aktivitas militer China, Rusia, dan Korea Utara (Korut). Anggaran ini belum bisa disalurkan sampai disetujui parlemen.
Anggaran tambahan ini akan menambah pengeluaran Jepang tahun ini hingga ke level tertinggi sebesar 6,1 triliun yen atau 53,2 miliar dolar AS. Jumlah itu naik 15 persen dibanding tahun 2020 yang sebesar 5,31 triliun yen.
Pada Jumat (26/11) Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan 'paket penguatan dan percepatan kekuatan pertahanan' dirancang untuk mempercepat penyebaran sejumlah peralatan utama dari permintaan anggaran 2022. Tujuannya untuk memperkuat pertahanan Jepang dari ancaman rudal Korut dan meningkatnya aktivitas militer China di sekitar pulau-pulau barat daya Jepang.
Jepang juga khawatir dengan aktivitas militer gabungan China dan Rusia di perairan dan ruang udaranya. Dua pesawat tempur China H-6 dan dua pesawat tempur Rusia Tu-95s terbang di atas Laut Jepang hingga Laut China Timur sampai ke Samudra Pasifik.
Pada Selasa (23/11) Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi mengatakan pesawat jet Pasukan Pertahanan Diri Jepang mengusir pesawat-pesawat itu. Dalam anggaran tambahan itu, Jepang mengajukan 870 juta dolar AS untuk membeli rudal canggih darat-ke-udara PAC-3 dan peralatan serupa lainnya seperti rudal jelajah.
Sementara 7 miliar dolar AS akan digunakan untuk mempercepat pembelian perangkat dan pesawat pengintai. Seperti tiga pesawat patroli P-1, perangkat untuk pesawat patroli P-3C, dan sistem peluncur vertikal yang dipasang di dua kapal destroyer untuk memperkuat pengawasan di sekitar wilayah perairan dan udara Jepang.
Jepang telah memperkuat pertahanan di wilayah barat daya dan pulau-pulaunya termasuk Pulau Ishigaki yang memiliki pangkalan militer baru dengan sistem pertahanan rudal darat-ke-laut. Di sebelah utara Ishigaki terdapat Pulau Senkaku yang dikuasai Jepang tapi juga diklaim China.
Tokyo kerap protes dengan kemunculan penjaga pantai China di pulau-pulau Senkaku yang tak berpenghuni. Di China kepulauan itu disebut Diaoyu. Kementerian Pertahanan Jepang juga berencana membangun perumahan untuk pasukannya di Pulau Ishigaki.