Kamis 02 Dec 2021 08:41 WIB

Wall Street Terjun Usai AS Konfirmasi Kasus Pertama Omicron

Wall Street juga tertekan oernyataan The Fed terkait inflasi.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pialang Wall Street. Saham utama Wall Street rata-rata mengalami penurunan lebih dari satu persen pada Rabu (2/12).
Foto: AP/Richard Drew
Pialang Wall Street. Saham utama Wall Street rata-rata mengalami penurunan lebih dari satu persen pada Rabu (2/12).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham utama Wall Street rata-rata mengalami penurunan lebih dari satu persen pada Rabu (2/12). Penurunan tajam Wall Street terjadi setelah terkonfirmasinya kasus pertama varian Omicron dari Covid-19 di AS. 

Setelah naik sebanyak 1,9 persen pada perdagangan pagi, S&P 500 melepaskan semua kenaikannya di sesi kedua perdagangan. Sementara Dow Jones Industrial (DJI) dan Nasdaq mengalami penurunan paling banyak pada hari itu. 

Baca Juga

Nasdaq Composite kehilangan sebanyak 283,64 poin atau terkoreksi hingga 1,83 persen menjadi 15.254,05. DJI mengekor dengan mencatatkan penurunan sebanyak 461,68 poin atau 1,34 persen menjadi 34.022,04. Sedangkan S&P 500 kehilangan 53,96 poin atau 1,18 persen menjadi 4.513,04. 

Pada sore hari waktu setempat, Pusat Pengendalian Penyakit AS mengatakan Negeri Paman Sam itu telah mendeteksi kasus pertama varian Omicron. Dilansir Reuters, varian menginfeksi seseorang yang berasal dari Afrika Selatan, tempat varian itu awalnya ditemukan.

Di sisi lain, Wall Street juga tertekan dengan kemungkinan terjadinya inflasi. Sebelumnya Ketua bank sentral AS Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, mengatakan pembuat kebijakan harus siap untuk menanggapi kemungkinan inflasi tidak akan surut pada paruh kedua tahun depan seperti yang diharapkan.

Wall Street telah jatuh pada Selasa (1/12) setelah Powell mengejutkan pasar dengan memberi sinyal bahwa bank sentral akan mempertimbangkan untuk mempercepat penarikan program pembelian obligasi pada pertemuan Desember di tengah lonjakan inflasi.

"Pasar bergulat dengan kekhawatiran varian Omicron, yang mungkin akan membutuhkan vaksin tambahan, dan Powell lebih hawkish dari yang diharapkan," kata kepala investasi di Independent Advisor Alliance Chris Zaccarelli, di Charlotte, North Carolina dikutip Reuters, Rabu (2/12). 

Akhir pekan lalu, Wall Street juga telah mengalami koreksi tajam saat investor pertama kali mendengar tentang varian Omicron. Kekhawatiran semakin meningkat ketika pejabat kesehatan belum dapat memastikan tingkat penularan varian baru tersebut.

Dow ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari untuk pertama kalinya sejak 13 Juli 2020, dan S&P berakhir di bawah rata-rata pergerakan 50 hari untuk pertama kalinya sejak 13 Oktober. Sementara Nasdaq mengakhiri sesi di bawah rata-rata pergerakan 50 hari untuk pertama kali sejak 14 Oktober.

WHO berharap bisa mendapatkan lebih banyak informasi tentang penularan varian Omicron dalam beberapa hari. WHO neyakini vaksin Covid-19 yang ada saat ini mampu bekerja melawan varian tersebut. 

Ekonom dan ahli strategi portofolio di New York Life Investments, Lauren Goodwin, mengatakan volatilitas yang terjadi di pasar saham tidak mengejutkan. Volatilitas yang tinggi dinilai wajar karena investor mencerna ketidakpastian termasuk kurangnya informasi tentang Omicron dan sinyal terbaru dari The Fed. Meski demikian, Goodwin melihat pasar saat ini telah lebih siap menghadapi dampak varian Omicron. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement