Selasa 07 Dec 2021 05:55 WIB

Muncul Omicron, Pakar Sarankan Booster Covid-19

Pakar sarankan booster untuk menghadapi Omicron apabila mencemaskan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Pakar sarankan booster untuk menghadapi Omicron apabila mencemaskan.
Foto: www.pixabay.com
Pakar sarankan booster untuk menghadapi Omicron apabila mencemaskan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah merekomendasikan agar orang dewasa mendapatkan booster di tengah pandemi Covid-19 yang belum mereda. Booster adalah dosis vaksin tambahan yang diharapkan bisa memberi perlindungan ekstra.

Dengan terdeteksinya varian omicron di berbagai belahan dunia, keputusan untuk mendapatkan booster bisa membuat sebagian masyarakat bingung. Pasalnya, belum ada rujukan mengenai merek vaksin yang seharusnya dipilih.

Baca Juga

Pertanyaan utamanya, apakah booster efektif melawan varian omicron? Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan omicron sebagai "varian yang menjadi perhatian", label yang sama dengan varian delta yang sangat menular.

Artinya, omicron juga memiliki mutasi yang menunjukkan kemungkinan lebih menular. Itu dapat mengubah gejala penyakit atau berpotensi menurunkan efektivitas tindakan kesehatan masyarakat, termasuk vaksin.

Pakar penyakit menular nasional AS, Anthony Fauci, punya pandangan soal itu. Dia mengatakan bahwa saat menghadapi varian yang mencemaskan, akan lebih baik jika memiliki peningkatan perlindungan yang didapat dari booster.

"Ini mungkin tidak sebaik dalam melindungi terhadap infeksi awal, tetapi memiliki dampak yang sangat penting dalam mengurangi kemungkinan penyakit yang parah," kata Fauci.

Secara umum, CDC menyarankan untuk tetap menggunakan merek vaksin yang sama seperti dosis pertama dan kedua. Akan tetapi, seseorang bisa saja memilih booster apapun yang diinginkan.

Menggunakan booster yang berbeda dari dua dosis vaksin sebelumnya ditengarai aman. Sebuah studi tentang pencampuran jenama vaksin booster tidak menemukan masalah keamanan dan malah menghasilkan respons antibodi kuat.

Sebagai pertimbangan, setiap vaksin memiliki efek perlindungan yang sama terhadap Covid-19, hanya saja cara kerjanya sedikit berbeda. Pfizer dan Moderna adalah vaksin mRNA, yang "mengajarkan" sel tubuh untuk membuat protein spesifik dan membangun kekebalan terhadap virus.

Sementara, Johnson & Johnson adalah vaksin vektor virus. Cara kerjanya menggunakan virus yang tidak berbahaya untuk mengaktifkan respons kekebalan dan memberi tahu tubuh apa yang harus dilawan dalam infeksi di masa depan.

Mencampur jenama vaksin lain untuk booster mungkin bermanfaat bagi sebagian orang, tetapi pada akhirnya tergantung pada kondisi pribadi dan apa yang tersedia. Seseorang juga dapat memilih vaksin yang berbeda jika berisiko lebih tinggi untuk efek samping dari vaksin tertentu.

Booster Pfizer dosisnya sama dengan vaksin aslinya (30 mikrogram), sedangkan booster Moderna (50 mikrogram) berukuran setengah dari vaksin aslinya. Booster Johnson & Johnson juga berukuran sama dengan vaksin aslinya.

Dalam sebuah penelitian, terungkap bahwa orang yang awalnya mendapat vaksin Pfizer memiliki respons antibodi terkuat terhadap booster Moderna. Namun, riset itu meneliti dosis penuh Moderna (100 mikrogram), alih-alih setengah dosis seperti booster resminya.

Mirip dengan Pfizer, sebagian besar penerima Moderna tidak perlu memilih booster dengan merek yang berbeda. Perkecualian diambil jika pasien diketahui memiliki reaksi alergi terhadap vaksin.

Sementara, beberapa ahli kesehatan masyarakat berpendapat bahwa orang yang mendapatkan dua dosis vaksin Johnson & Johnson lebih baik memilih salah satu vaksin mRNA sebagai booster, dikutip dari laman CNET, Selasa (7/12).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement