REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai Menteri BUMN, Erick Thohir telah memenuhi beberapa syarat untuk bisa menjadi calon wakil presiden (cawapres). Hal tersebut disampaikan Dedi menanggapi moncernya nama Erick Thohir di sejumlah survei.
"Selain memang punya modal popularitas termasuk juga elektabilitas, Erick Thohir juga punya akses terhadap publik," kata Dedi kepada Republika, Senin (6/12). Dedi mengatakan, peluang Erick terbuka lebar sepanjang Erick menjadi menteri. Terlebih jika Erick berhasil dalam melakukan restrukturisasi terkait dengan bisnis di BUMN.
"Saya kira prestasi-prestasi itu mungkin menjadi alasan kenapa kemudian Erick Thohir dianggap layak menjadi cawapres. Atau bahkan capres sekalipun," ujarnya.
Namun menurut Dedi, yang jadi persoalan saat ini adalah bahwa konstelasi di Indonesia lebih mengedepankan faktor partai politik. Artinya, keterusungan Erick oleh parpol menjadi sebuah keharusan bagi Erick jika ingin diusung sebagai capres atau cawapres.
"Karena dari sisi kapasitas Erick Thohir tidak jauh berbeda dengan tokoh-tokoh elit lainnya, misalnya Sandiaga Uno, termasuk juga Wishnutama, atau mungkin Tito Karnavian, yang sama-sama non kader partai politik tetapi secara profesional berada di kabinet," jelasnya.
Dedi menuturkan tahun 2024 ini dianggap peluang bagi tokoh-tokoh yang punya kedekatan dengan kalangan milenial. Sementara kalangan milenial menurutnya lebih senang kepada tokoh-tokoh yang sukses berhasil dari sisi ekonomi.
"Makanya nama-nama semacam Sandiaga Uno, Erick Thohir, bahkan mungkin Bahlil Lahadahlia ini punya peluang besar untuk meraup golongan atau kelompok pemilih dari milenial terutama karena mereka bisa dijadikan sebagai tokoh-tokoh inspiratif bagi kalangan muda," tuturnya.