REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra melalui Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atikbud) terus berupaya meningkatkan kerja sama antara perguruan tinggi di Indonesia dan Australia. Itu dilakukan sebagai salah satu langkah menyukseskan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
"Kampus-kampus di Indonesia memerlukan mitra luar negeri yang berkualitas sebagai tempat mahasiswa dan dosen melakukan pengayaan. Saya mengajak kampus di Australia untuk bermitra dengan universitas di Indonesia," ujar Atdikbud RI Canberra, Mukhamad Najib, dalam siaran pers, Jumat (10/12).
Hal tersebut dia sampaikan saat memfasilitasi pertemuan antara Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan Swinburne University of Technology (SUT) untuk membahas kerja sama antara kedua universitas tersebut. Pertemuan itu dilakukan dengan harapan keduanya bisa saling mengenal dan selanjutnya bisa membangun kemitraan yang produktif.
Atdikbud menyampaikan, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) sedang mendorong kebijakan MBKM. Dalam kebijakan itu, mahasiswa didorong untuk bisa belajar dan mendapatkan pengalaman dari kampus-kampus lain, termasuk kampus luar negeri.
"Begitupun dosen-dosen Indonesia, didorong untuk memiliki pengalaman internasional seperti melakukan visiting research dan visiting lecture di kampus-kampus luar negeri," jelas dia.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama dua jam itu, perwakilan Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) IPB, Farah Fahma, menyampaikan profil IPB dan departemen TIN sebagai salah satu departemen yang mengelola program internasional. Menurut Farah, TIN IPB menyiapkan mahasiswa untuk menjadi lulusan yang mampu mengembangkan agroindustri berkelanjutan melalui pendekatan yang terintegrasi dalam menciptakan nilai tambah produk pertanian dan sumber daya alam lainnya.
"Untuk mencapai tujuan pembelajaran pada program internasional, kami mewajibkan mahasiswa untuk belajar satu sampai dua semester di universitas mitra, baik dalam bentuk summer course program, international conference, credit earning maupun join research," ujar Farah.
Sementara Vice-Chancellor Research Performance and Development SUT, Alan K T Lau, menyampaikan, pihaknya telah memiliki pengalaman yang banyak dalam pengembangan kerja sama internasional. Itu dilakukan baik dengan universitas maupun dengan industri, bahkan SUT telah memiliki cabang di Malaysia.
"Banyaknya mahasiswa internasional dan dosen yang melakukan kegiatan internasional akan sangat baik dalam meningkatkan ranking universitas, oleh karena itu kami menyambut baik niatan IPB untuk bekerja sama mengirimkan mahasiswa dan dosennya ke Swinburne," tutur Alan.
Alan juga menyampaikan, inovasi dalam bidang pertanian termasuk smart farming menjadi salah satu area penting yang dikembangkan di Swinburne. "Jujur saya katakan, selain e-commerce, pertanian merupakan bidang yang sangat prospektif," jelas Alan.
Dalam kesempatan tersebut Alan menyampaikan, dirinya bersedia berbagi rahasia dalam meningkatkan ranking universitas di tingkat dunia. Menurutnya Indonesia bisa meningkatkan ranking internasional meski anggaran dananya terbatas.
“Kami di Swinburne memiliki pengalaman bagaimana meningkatkan rangking internasional secara signifikan, kami siap untuk bertukar pikiran mengenai hal ini kepada kampus-kampus di Indonesia, termasuk dengan IPB," kata Alan.