Selasa 14 Dec 2021 11:48 WIB

Pabrik Moderna Australia akan Produksi 100 Juta Vaksin per Tahun

Moderna bangun pabrik di Autralia dan akan beroperasi pada 2024.

Moderna bangun pabrik di Autralia dan akan beroperasi pada 2024 (Foto: vaksin Moderna)
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Moderna bangun pabrik di Autralia dan akan beroperasi pada 2024 (Foto: vaksin Moderna)

REPUBLIKA.CO.ID, 

Oleh: Antara, Gumanti Awaliyah

Baca Juga

Produsen obat asal Amerika Serikat (AS), Moderna Inc, akan memproduksi jutaan vaksin mRNA dalam setahun di Australia. Produksi dilakukan setelah kedua pihak setuju untuk mendirikan salah satu fasilitas manufaktur terbesarnya di luar AS dan Eropa.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, pabrik di negara bagian Victoria itu diharapkan memproduksi hingga 100 juta dosis vaksin mRNA setiap tahun. Nantinya, pabrik Moderna akan mulai beroperasi pada 2024.

"Dengan memajukan kemitraan baru ini, kita membangun kemampuan berdaulat kita untuk memproduksi vaksin ini di Australia," kata Morrison kepada wartawan di Melbourne, dilansir dari reuters, Selasa (14/12).

Morrison tidak menyampaikan rincian keuangan dari perjanjian tersebut tetapi media Australia melaporkan kesepakatan itu bisa bernilai sekitar 2 miliar dolar Australia (sekitar Rp20,4 triliun). Moderna menyatakan pada Oktober mengenai rencana untuk menginvestasikan hingga 500 juta dolar AS (sekira Rp7,2 triliun) untuk membangun pabrik di Afrika yang akan memproduksi hingga 500 juta dosis vaksin mRNA setiap tahun, termasuk vaksin COVID-19.

Namun, perusahaan mengatakan, belum memulai proses penentuan negara dan lokasi.Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Moderna dan Pfizer menggunakan teknologi messenger ribonucleic acid (mRNA), tetapi juga dapat digunakan untuk memproduksi vaksin untuk penyakit pernapasan lainnya dan flu musiman. Pabrik baru di Australia akan menciptakan pertahanan yang lebih kuat terhadap pandemi di masa depan.

"Kami memastikan manufaktur dapat dikontrak secara lokal untuk menghindari masalah rantai pasokan global, kata Pelaksana Tugas Kepala Pemerintahan Negara Bagian Victoria James Merlino.

Pengumuman itu dibuat ketika negara bagian tetangga New South Wales melaporkan kenaikan harian terbesar kasus COVID-19 sejak lockdown hampir empat bulan berakhir pada awal Oktober. Varian Delta bertanggung jawab atas sebagian besar dari 804 kasus yang dilaporkan pada Selasa, meskipun jumlah kasus Omicron telah merangkak naik.

Terlepas dari lonjakan infeksi baru, para pejabat mengatakan rencana pelonggaran pembatasan di Sydney mulai Rabu (15/12) akan dilanjutkan seiring mereka mendesak orang-orang untuk mendapatkan suntikan booster untuk menangkal ancaman varian Omicron. Australia telah menginokulasi hampir 90 persen populasi berusia di atas 16 tahun dengan dua dosis vaksin dan mempersingkat waktu tunggu untuk suntikan booster setelah munculnya kasus Omicron. Negara itu mencatat sekitar 232.700 kasus dan 2.113 kematian sejak pandemi dimulai.

Sebuah studi membuktikan bahwa menggabungkan dua jenis vaksin berbeda, yakni dosis pertama AstraZeneca dengan dosis kedua Moderna atau Novavax bisa menghasilkan tingkat antibodi dan sel-T yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dua dosis vaksin AstraZeneca. Ini mengacu pada studi Com-Cov yang dipimpin University of Oxford.

Temuan ini memiliki implikasi penting bagi negara-negara berpenghasilan rendah yang program vaksinasinya belum sukses. Sebab kini, respons sel T terkuat dihasilkan oleh dosis vaksin AstraZeneca diikuti dengan dosis vaksin Moderna, yang keduanya bisa disimpan di lemari es standar.

 
 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement