REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Nasronudin menceritakan kiprah rumah sakit yang dipimpinnya, yang menjadi pionir rujukan Covid-19 di Jatim, sejak mulai mewabah pada Maret 2020.
Pada awal Covid-19 mewabah di Jawa Timur, dimana jumlah pasien yang terkonfirmasi positif terus bertambah, RSUA sampai mendirikan tenda darurat dan layanan diagnostik laboratorium di samping IGD.
“RSUA termasuk pionir untuk memulai menyiapkan, saat itu rumah sakit lain belum siap,” kata Nasron di Surabaya, Kamis (16/12).
Lambat laun, seiring terus meningkatnya kasus, pusat layanan Covid-19 dialihkan ke lantai 2 Gedung Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI).
Saat itu sebetulnya Gedung RSPI belum siap. Alat-alatnya mangkrak lebih dari 10 tahun, sehingga kekurangan alat. Ditambah, status bangunan yang masih belum usai.
Tak lama kemudian, tepatnya pada Juli 2020, hibah mulai mengalir dari sejumlah mitra lokal, nasional, hingga internasional. RSUA menerima dana sumbangan mencapai Ep 54 miliar dari Prof. Tanjung dan Salim Group. Dana itu dipakai untuk mengadakan peralatan ICU, rawat inap, tempat tidur, hingga CCTV, dan alat penunjang lainnya.
Selain itu, lanjut Nasron, RSUA kembali mendapatkan bantuan sebesar Rp 31 miliar dan 110 tenaga medis dari Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa. Setelahnya, Kementerian Kesehatan turut menyalurkan bantuan berupa 87 SDM kesehatan. Berbagai bantuan yang terus mengalir, dari hari ke hari RSUA dirasanya mampu memberikan layanan terbaik dalam menangani kasus Covid-19.
“Bangunan RSPI dulu masih bermasalah, tapi saat itu kita langsung selesaikan dengan bantuan BPK, Menteri Keuangan, Menteri Kesehatan, dan Mensesneg. Hingga akhirnya terealisasi bahwa Gedung RSPI dan seisinya dihibahkan ke Unair,” ujarnya.
Nasron menerangkan, Gedung RSPI kala itu telah terstandar WHO. Daya tampung ICU dan rawat inap besar, IGD terpisah, serta penanganan yang profesional. Gedung tersebut juga sudah full negative pressure dilengkapi hepa filter. Artiny, kata dia, memang sangat bagus dan ideal, apalagi untuk merawat pasien infeksi menular lewat droplet.
Namun, lanjut Nasron, ketika kasus Covid-19 memuncak pada Juni hingga Juli 2021, RSUA kembali mengalami krisis. Lonjakan jumlah pasien memaksa RSUA menyulap aula pertemuan lantai tujuh menjadi ruang perawatan. Saat itu RSUA mendapat tambahan 40 tempat tidur dari Pemprov Jawa Timur.
Sejak saat itu, inovasi penanganan Covid-19 mulai digenjot. Sebut saja robot pelayan pasien Covid-19 yang diberi nama Raisa, yang merupakan hasil kerja sama Unair dengan ITS. Kemudian ada Robot Kece yang merupakan buah kolaborasi dengan Unesa. Pihaknya juga mengembangkan alat pemeriksaan kesehatan mandiri.
Nasron menjelaskan, hingga Selasa (14/12), tercatat ada lebih dari 24.500 pasien Covid-19 yang ditangani RSUA. Baik kasus IGD, rawat jalan, maupun rawat inap. Menurutnya, tidak heran jika Pemprov Jatim menobatkan RSUA sebagai rumah sakit rujukan kelas B dengan predikat terbaik dalam penanganan pandemi Covid-19 di wilayah setempat.
Ke depan, kami berharap RSUA tetap bisa berkontribusi bagi negara dan masyarakat Indonesia. Serta menonjol di bidang pendidikan dan penelitian demi mewujudkan Indonesia mandiri di bidang kesehatan,” kata dia.