REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Gunung Semeru mengalami dua kali gempa guguran dengan amplitudo lima sampai enam milimeter (mm). Gempa ini berlangsung sekitar 30 sampai 35 detik berdasarkan laporan pengamatan pada Ahad (19/12) dari pukul 12.00 sampai 18.00 WIB.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, Liswanto menyatakan, Gunung Semeru secara visual tertutup kabut 0-III pada periode tersebut. "Asap kawah juga tidak teramati," kata Liswanto.
Sementara itu, hasil pengamatan kegempaan menyebutkan Gunung Semeru mengalami lima kali gempa embusan. Gempa ini memiliki amplitudo enam sampai 13 mm dan lama gempa 55 hingga 75 detik.
Di samping itu, gunung yang memiliki tinggi 3.676 mdpl ini juga tercatat mengalami satu gempa tektonik jauh. Amplitudonya sekitar enam mm lalu S-P 11 detik. Sementara itu, lama gempa ini berlangsung sekitar 25 detik.
Saat ini tingkat aktivitas gunung api Semeru ada pada Level III atau siaga. Oleh karena itu, Liswanto mengimbau, masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer (km) dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan.
"Ini karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak," ungkapnya.
Selanjutnya, Liswanto juga mendorong masyarakat agar tidak beraktivitas dalam radius lima km dari kawah/puncak gunung api Semeru. Hal ini penting dilakukan karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Liswanto juga meminta warga untuk ewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru.
Hal ini terutama di sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Pasalnya, ada potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.