Selasa 21 Dec 2021 15:52 WIB

Omicron dan Ketakutan Gelombang Baru pada 2022

Amerika Serikat memastikan 73 persen kasus baru Covid-19 merupakan varian Omicron.

Pembeli berjalan di sepanjang Oxford Street, jalan perbelanjaan tersibuk di Eropa, di London, Sabtu, 18 Desember 2021. Melonjaknya infeksi di Inggris yang sebagian didorong oleh varian omicron dari virus corona mengguncang Eropa.
Foto: AP/Frank Augstein
Pembeli berjalan di sepanjang Oxford Street, jalan perbelanjaan tersibuk di Eropa, di London, Sabtu, 18 Desember 2021. Melonjaknya infeksi di Inggris yang sebagian didorong oleh varian omicron dari virus corona mengguncang Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira, Lintar Satria Z, Antara

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Covid-19 varian Omicron lebih cepat menular daripada varian Delta. WHO mengatakan pula, Omicron dapat menginfeksi penerima vaksin atau pasien sembuh Covid-19.

Baca Juga

"Ada bukti konsisten bahwa Omicron secara signifikan menyebar lebih cepat ketimbang varian Delta," kata dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat konferensi pers di Jenewa, dikutip dari Reuters, Selasa (21/12). "Dan kemungkinan orang-orang yang sudah divaksin atau sembuh dari Covid-19 dapat terinfeksi atau kembali terinfeksi," katanya.

Kepala ilmuan WHO Soumya Swaminathan mengatakan bahwa varian Omicron berhasil lolos dari beberapa respons imun. Itu artinya bahwa program vaksinasi booster yang sedang berlangsung di banyak negara harus menargetkan orang-orang dengan sistem imun yang lemah.

Omicron tampaknya lebih lincah menghindari antibodi yang dihasilkan dari sejumlah vaksin Covid-19, namun ada bentuk imun lain yang mungkin mencegah infeksi dan penyakit, kata pejabat WHO. "Kami tidak percaya bahwa semua vaksin akan menjadi tidak efektif sama sekali," kata Swaminathan.

Pakar WHO Abdi Mahamud menambahkan, meski melihat antibodi netralisasi menurun, hampir semua data menunjukkan bahwa T-sel masih utuh. "Itulah yang kami benar-benar butuhkan," katanya. Selagi pertahanan antibodi dirusak dari beberapa penjuru, ada harapan bahwa T-sel, yang menjadi pilar kedua dalam respons imun, mampu mencegah penyakit parah dengan menyerang sel manusia yang terinfeksi.

"Tentunya ada sebuah tantangan, banyak monoklonal yang tidak ampuh melawan Omicron," kata Swaminathan. Akan tetapi tim WHO juga memberikan sejumlah asa kepada dunia yang sedang menghadapi gelombang baru bahwa 2022 akan menjadi tahun di mana pandemi akan berakhir melalui pengembangan generasi vaksin kedua dan ketiga, pengembangan lebih lanjut dari pengobatan antimikroba dan inovasi lainnya.

"(Kami) berharap mampu menjadikan penyakit ini, penyakit yang relatif ringan yang mudah dicegah, yang mudah diobati dan berharap dapat mengatasinya dengan mudah di masa depan," kata Mike Ryan, pakar kedaruratan WHO saat jumpa pers. "Jika kita dapat meminimalisir penularan, maka pandemi akan tamat."

Namun Tedros juga menuturkan bahwa China, tempat pertama munculnya SARS-CoV-2 pada akhir 2019, harus bersedia menyerahkan data dan informasi terkait asal mula Covid-19 untuk membantu penanganan ke depannya. "Kami perlu terus menggali informasi sampai kami mengetahui sumbernya, kami perlu mendorong lebih keras sebab kami harus belajar dari apa yang telah terjadi saat ini supaya dapat melakukan usaha yang lebih baik di masa depan," ucap Tedros.

Hingga saat ini WHO mencatat lebih dari 3,3 juta orang telah kehilangan nyawa karena Covid-19 tahun ini. Angka ini lebih banyak daripada gabungan HIV, malaria, dan tuberkulosis pada 2020.

Tedros mengatakan virus corona baru terus merenggut sekitar 50 ribu nyawa di seluruh dunia setiap pekan. Namun dia optimistis bahwa 2022 harus menjadi tahun untuk mengakhiri pandemi dengan alat apapun yang dimiliki dunia.

Tedros berbicara pada konferensi pers hibrida pertama yang diadakan oleh WHO untuk jurnalis dari PBB di Jenewa dan pertemuan pertama sejak Juli 2020 yang difasilitasi oleh Anadolu Agency. "Terakhir kali kami menjamu Anda, pada Juli tahun lalu, tidak seorang pun dari kami yang bisa membayangkan bahwa hampir 18 bulan kemudian, kami masih berada dalam cengkeraman pandemi," kata ketua pertemuan wartawan dengan asosiasi ACANU WHO dari koresponden PBB.

Saat menyinggung Omicron, dia mengatakan terdapat kematian yang tidak dilaporkan dan jutaan kematian berlebih yang disebabkan oleh gangguan pada layanan kesehatan esensial. Hanya satu bulan yang lalu, dia menjelaskan bahwa Afrika melaporkan jumlah kasus terendah dalam 18 bulan.

"Pekan lalu, negara itu melaporkan jumlah kasus tertinggi keempat dalam satu minggu sejauh ini. Afrika sekarang menghadapi gelombang infeksi yang curam, sebagian besar didorong oleh varian Omicron," kata Tedros.

Tedros memperingatkan bahwa banyak negara secara tradisional merencanakan pertemuan yang dapat menarik banyak orang selama liburan Natal dan Tahun Baru. Namun dia menyarankan mereka untuk mempertimbangkan kembali acara tersebut. "Negara-negara harus lebih berhati-hati dan membatasi kerumunan massa selama periode festival ini. Menunda organisasi semacam itu selama periode ini akan menyelamatkan lebih banyak nyawa," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement