Rabu 22 Dec 2021 18:40 WIB

WHO Ingatkan Eropa Bersiap Hadapi Lonjakan Kasus Omicron

Omicron telah menjadi dominan di beberapa negara Benua Biru.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
 Pembeli yang mengenakan masker wajah untuk melindungi diri dari COVID-19 berjalan di sepanjang Grand Bouvard di Paris, Senin, 20 Desember 2021. Negara-negara di seluruh Eropa telah bergerak untuk menerapkan kembali langkah-langkah yang lebih keras untuk membendung gelombang baru infeksi COVID-19 yang didorong oleh penyakit yang sangat menular varian omicron.
Foto: AP/Michel Euler
Pembeli yang mengenakan masker wajah untuk melindungi diri dari COVID-19 berjalan di sepanjang Grand Bouvard di Paris, Senin, 20 Desember 2021. Negara-negara di seluruh Eropa telah bergerak untuk menerapkan kembali langkah-langkah yang lebih keras untuk membendung gelombang baru infeksi COVID-19 yang didorong oleh penyakit yang sangat menular varian omicron.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan Eropa untuk bersiap menghadapi lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron. Varian tersebut telah menjadi dominan di beberapa negara Benua Biru.

 “Kita dapat melihat badai lain datang. Dalam beberapa pekan, Omicron akan mendominasi di lebih banyak negara di kawasan ini,” kata Direktur Regional WHO untuk Eropa Dr. Hans Kluge dalam konferensi pers di Wina, Austria, Selasa (21/12).

Baca Juga

Dia mengungkapkan, Omicron telah terdeteksi di setidaknya 38 dari 53 anggota WHO di kawasan Eropa. Omicron bahkan telah menjadi varian dominan di Inggris, Denmark, dan Portugal. Menurut Kluge, dari semua kasus Omicron yang terdeteksi di Eropa, 89 persen di antaranya memiliki gejala seperti varian lainnya, antara lain batuk, sakit tenggorokan, dan demam.

Kluge mengatakan, varian tersebut sebagian besar telah disebarkan kaum muda berusia antara 20-30 tahun. Kendati banyak yang belum diketahui tentang Omicron, Kluge menduga varian itu lebih menular dibandingkan varian Covid-19 lainnya.

“Pemerintah Eropa harus terus meningkatkan kampanye vaksinasi mereka, memperkenalkan langkah-langkah tambahan untuk memperlambat penyebaran vaksin, dan mempersiapkan infrastruktur penting seperti sistem perawatan kesehatan untuk lonjakan (kasus) yang akan datang,” kata Kluge.

Kluge mengatakan, 27 ribu orang Eropa meninggal akibat Covid-19 pekan. Kawasan itu pun melaporkan 2,6 juta kasus tambahan. Meski jumlah kasus itu mencakup semua varian, tapi Kluge mencatat angka itu 40 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Volume infeksi baru Covid-19 dapat menyebabkan lebih banyak rawat inap dan gangguan luas pada sistem kesehatan serta layanan penting lainnya,” ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement