Senin 27 Dec 2021 02:45 WIB

Ramai-Ramai Vaksinasi Berhadiah

Pemberian hadiah dapat meningkatkan antusiasme masyarakat untuk divaksinasi.

Red: Friska Yolandha
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 dari Sinovac kepada seorang warga saat pelaksanaan bervaksin sambil berbelanja, di Pasar Sentra Antasari, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (3/11). Pemberian hadiah dapat meningkatkan antusiasme masyarakat untuk divaksinasi.
Foto:

 

Maka yang terjadi adalah semacam pertukaran, masyarakat menghadirkan dirinya untuk divaksinasi, sedangkan mereka mendapatkan hadiah sebagai bentuk pertukaran. Dalam sistem perdagangan dinamakan barter.

Di sisi lain, Nasrullah menilai fenomena yang terbalik meskipun dimaksud sebagai pemberian, sebab dalam tradisi Suku Banjar dan Dayak disebut pikaras, yakni jika seseorang berobat ke seorang pananamba ia memberikan sejumlah benda tertentu dengan tujuan bukan upah tetapi agar sakit pasien itu tidak pindah ke pananamba atau orang yang mengobati.

"Maka dalam upaya pemerintah melakukan vaksinasi mencegah COVID-19 idealnya masyarakat lah yang memberikan hadiah kepada tenaga medis, sebagaimana layaknya pikaras seperti kelapa, gula, jarum, kopi dan sejenisnya," papar Nasrullah.

Kenapa ini terbalik, karena menurut Nasrullah telah terjadi fenomena kedua yaitu paradigma sakit lebih dominan dari pada paradigma sehat sebagai upaya menjaga kesehatan dengan mengonsumsi obat. Sebab, mengonsumsi obat apalagi divaksinasi, di alam bawah sadar masyarakat dimaknai sebagai upaya sakit menuju sehat. Sementara mereka beranggapan masih dalam keadaan sehat jadi tidak diperlukan perlakuan medis.

Ditegaskan Nasrullah pula, bagian yang terpenting adalah pilihan hadiah itu sendiri. Pilihannya adalah dengan menggunakan hadiah tersebut, masyarakat dapat dijadikan sebagai agen untuk mengampanyekan vaksinasi COVID-19, kesadaran untuk tetap sehat dan bukannya mengajak yang lain untuk mendapatkan hadiah dengan vaksinasi.

Booster dan Omicron

Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Prof Syamsul Arifin mengatakan tren pemberian hadiah bagi masyarakat yang melakukan vaksinasi sah-sah saja dilakukan. Dia mengutip artikel Marcus dalam Arifin (2020) hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat adalah melalui upaya pemberdayaan, penyebaran informasi, peningkatan pengetahuan dan pemberian imbalan atau penghargaan.

Meski begitu, Syamsul mengingatkan mekanisme pemberian hadiah dengan sistem undian harus benar-benar dijaga terbuka, jujur dan tidak terbentuk kerumunan sehingga upaya untuk meningkatkan cakupan vaksinasi tidak memunculkan permasalahan baru yang justru memicu transmisi COVID-19.

Diakui dia, perlu upaya optimal untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap vaksinasi pertama dan kedua, apalagi untuk vaksinasi tahap tiga atau vaksin booster.

Syamsul membeberkan varian Omicron yang kini mewabah menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang, di mana orang yang sebelumnya pernah terserang COVID-19 dapat terinfeksi ulang lebih mudah dengan varian ini. Reinfeksi varian ini 3-5 kali lebih tinggi dibandingkan varian Delta.

Untuk itulah, upaya yang dilakukan untuk menghadapi penularan varian Omicron dapat melalui tiga upaya utama yaitu penggunaan masker ganda yang lebih disiplin saat berada di ruangan tertutup atau keramaian, peningkatan kekebalan tubuh melalui vaksinasi dan peningkatan tes PCR dengan analisa pemeriksaan SGTF (S-geneTarget Failure) agar varian Omicron dapat terdeteksi dengan efisien. Berdasarkan tiga hal tersebut,vaksin booster dianggap penting untuk meningkatkan antibodi secara penuh agar terhindar dari virus corona.

 

WHO merekomendasikan orang-orang yang kekebalannya terganggu atau menerima vaksin yang mengandung virus corona tidak aktif harus menerima dosis booster.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement