REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melakukan evaluasi Biskita Transpakuan bersama Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT), Kodjari, dan dinas terkait. Dalam rapat evaluasi tersebut, dibahas juga terkait respon warga Kota Bogor terhadap kehadiran Biskita Transpakuan, terutama di Koridor 2 (Terminal Bubulak via Cidangiang-Ciawi).
“Load factor (faktor muat penumpang) di Koridor 2 rata-rata per hari mencapai 112 persen, ini angka yang sangat bagus. Karena load factor di angkutan umum bisa mencapai 60-70 persen saja sudah bagus,” ujar Ketua Badan Pengawas Kodjari, Dewi Jani Tjandra, Senin (27/12).
Dewi mengatakan, di Koridor 2 jumlah penumpangnya hampir merata dari pagi hingga sore saat jam pulang kantor. Menurutnya hal ini terjadi karena Biskita Transpakuan mempunyai keunggulan dibandingkan angkutan umum lain, yang membuat penumpang antusias menggunakannya.
“Biasanya warga dari Ciawi ke Bubulak harus naik dua kali, kena ngetem juga, tapi kalau pakai Biskita seperti naik kendaraan pribadi, tidak ngetem. Kalau sudah penuh juga bus tidak akan berhenti di halte dan kedatangan bus lumayan ontime, terlambat sedikit jika kondisi lalu lintas macet,” jelasnya.
Untuk itu, Dewi mengatakan, pihaknya yang berkonsorsium dengan PDJT sebagai operator Biskita Transpakuan akan terus mengevaluasi penumpang Biskita di tahun depan. Apakah sesuai dengan target, yakni warga pengguna bus sehari-hari.
Ia pun berharap shelter Biskita Transpakuan bisa diperuntukkan sesuai fungsinya. Yakni untuk naik turun penumpang dan tidak dipakai untuk parkir motor.
"Saya ingin masyarakat Kota Bogor beralih ke akomodasi transportasi umum yang lebih baik, merasa nyaman dan terus membiasakan diri naik transportasi umum, seperti saat di luar negeri memakai transportasi umum karena merasa nyaman, murah dan cepat. Saya optimistis Biskita bisa terus berlanjut,” imbuhnya.
Direktur Utama PDJT Kota Bogor, Lies Permana Lestari, mengatakan Koridor 2 memang memiliki rute kilometer paling panjang, yakni mengangkut penumpang dari Ciawi sampai Bubulak. Hal ini pula yang membuat capaian load factor atau besaran yang menyatakan tingkat kepenuhan penumpangnya bagus.
Lies menuturkan, dalam rapat evaluasi ini juga dibahas mengenai tarif Biskita yang harus segera ditetapkan, pemindahan pool Biskita ke Bubulak, pemilihan kantor KSO, dan ketertiban shelter Biskita.
“Antusias, tanggapan dan respon warga Kota Bogor terhadap Biskita juga terbaik se-Indonesia. Ini harus terus dijaga sembari dianalisa mengingat target Biskita mengkonversi pemakaian kendaraan pribadi ke angkutan umum,” ujarnya.
Terkait tarif Biskita Transpakuan, Lies mengatakan hal itu akan ditetapkan sesuai dengan kewenangan pemerintah pusat. Hanya saja ia berharap pengenaan tarif Bus Rapid Transit (BRT) ini tidak memberatkan dan melihat kemampuan masyarakat.
“Kalau kami inginnya tidak memberatkan, agar pengguna Biskita di Kota Bogor tetap maksimal dengan tarif yang dapat diterima masyarakat Kota Bogor,” ujar Lies.