REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Ustadz Dr Ahmad Kusyairi Suhail, mengajak umat Muslim untuk memanfaatkan momentum pergantian tahun baru Masehi untuk bermuhasabah diri.
Menurut Ustadz Kusyairi pergantian tahun bukan untuk hura-hura, foya-foya, dan berpesta pora, apalagi di tengah kondisi bangsa yang masih diselimuti pandemi Covid-19 dan sejumlah bencana.
"Ketika seseorang melewati malam pergantian tahun, maka sesungguhnya wajib bersyukur kepada Allah SWT karena masih diberi nikmat panjang umur dan kesempatan untuk mengukir prestasi amal saleh menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Masih diberi Allah kesempatan untuk menyongsong hari esok dan masa depan yang cemerlang. Apalagi dengan bertemu tahun baru, berarti jatah hidup kita di dunia, terus berkurang dan itu artinya semakin mendekatkan kita kepada kematian," kata Ustadz Kusyairi kepada Republika,co.id pada Sabtu (31/1).
Karena itu, Ustadz Kusyairi menjelaskan dalam sebuah Nabi ﷺ menegaskan bahwa manusia yang cerdas adalah manusia yang memiliki pandangan jauh ke depan dan visioner.
Tidak hanya memikirkan keberhasilan, kesuksesan dan kebahagiaan di dunia saja, melainkan juga memikirkan kesuksesan dan kebahagiaan di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوْتِ، وَالعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
”Orang yang cerdas/pandai adalah yang menahan nafsunya (mengevaluasi dirinya sendiri) serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan (kosong) terhadap Allah Ta’ala“. (HR Ibn Majah, no 4250, Al Hakim, IV/341 dan dia mensahihkannya).
Ustadz Kusyairi mengatakan muhasabah yang berasal dari akar kata hasiba yahsabu hisab adalah sebuah upaya evaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan dalam semua aspeknya. Muhasabah dapat menjadi sarana untuk me-recharge niat dan semangat dalam mengisi dan memanfaatkan dengan baik sisa-sisa umur kita di dunia.