REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Pemimpin negosiator nuklir Iran Ali Bagheri mencatat "kemajuan yang baik" dalam putaran kedelapan pembicaraan dengan kekuatan dunia di Wina, dengan fokus utama pada penghapusan sanksi Barat terhadap negaranya.
Berbicara kepada wartawan setelah putaran terakhir yang ditunda pada Kamis karena liburan Tahun Baru, Bagheri mengatakan negosiasi diadakan di berbagai tingkatan sejak Senin kemarin, dan kemajuan yang relatif baik telah dicapai.
Diplomat senior Iran itu berharap bahwa "pekerjaan yang lebih serius" akan dilakukan pada masalah pencabutan sanksi begitu pihak lain kembali dari ibukota masing-masing pada Senin.
Pembicaraan maraton putaran kedelapan antara Iran dan P4+1 (Rusia, China, Prancis, Inggris, dan Jerman) dilanjutkan di ibu kota Austria Senin lalu setelah istirahat 10 hari.
Sementara putaran ketujuh, yang datang setelah jeda lima bulan, berfokus pada menghidupkan kembali kesepakatan dengan mengatasi masalah sanksi dan tindakan nuklir, putaran saat ini terutama berpusat di sekitar penghapusan sanksi, verifikasi, dan jaminan, menurut pejabat Iran.
Setelah putaran baru pembicaraan dimulai pada Senin, Bagheri menekankan pentingnya memprioritaskan pencabutan sanksi, verifikasi, dan jaminan, menegaskan bahwa pihak yang meninggalkan kesepakatan harus membuat langkah pertama, menempatkan tanggung jawab pada AS.
Penghapusan sanksi, tutur dia, akan diikuti oleh Iran yang memverifikasinya dan kemudian membalikkan langkah-langkah nuklirnya dalam kerangka kesepakatan nuklir 2015.
Iran telah meningkatkan pengayaan nuklirnya 60 persen sejak Mei 2019, jauh lebih tinggi dari 3,67 persen yang diizinkan berdasarkan kesepakatan pada 2015. Para pejabat Iran telah mempertahankan bahwa langkah itu dapat dibalikkan.