REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ilmuwan-ilmuwan China mengeklaim telah menciptakan senjata hipersonik generasi baru yang kecanggihan pelacaknya mungkin tidak dimiliki militer Amerika Serikat (AS) sampai 2025. Para peneliti mengaku pelacak panas yang mereka ciptakan meningkatkan kemampuan rudal hipersonik. Sehingga dapat mengenai target dengan sangat akurat dan cepat termasuk pesawat jet siluman, kapal dan kendaraan bergerak di jalanan.
F-22 Raptor tidak hanya pesawat tempur AS yang mematikan tapi juga merupakan bagian penting dari Global Strike Task Force yang bertanggung jawab mengerahkan pasukan siap tempur untuk operasi pertempuran global dan mencegah insiden nuklir.
Klaim China mengenai kelemahan pesawat ini yang bisa dilacak dan ditembak rudal pelacak panas rudal hipersonik menjadi gelombang kejut bagi AS. Para peneliti China dari National University of Defence Technology mengatakan, kemampuan rudal hipersonik dalam mencari, mengidentifikasi dan mengunci sasaran berdasarkan panas saat terbang dalam ketinggian rendah akan merevolusi perang konvensional.
Sebelumnya China memamerkan radar yang diklaim revolusioner di pameran Zhuhai. Radar YLC-8E diklaim sebagai sistem rudal anti-siluman pertama yang beroperasi di pita UFH, pionir dalam teknologi radar frekuensi tinggi dan radar active phase-controlled array yang dikombinasikan dengan perangkat anti-siluman revolusioner.
China mempromosikan sistem radar YLC-8E sebagai 'radar super' yang dapat mengidentifikasi pesawat tempur F-22 dan F-35 Amerika. Cina hendak mengirimkan sinyal ke AS dengan mengkombinasikan rudal hipersonik pelacak panas dan radar super kini F-22 Raptor tidak lagi mengancam bagi Cina.
Rudal pelacak panas yang juga dikenal sebagai pelacak infra merah merupakan teknologi pemandu rudal untuk melacak dan mengikuti sasaran. Caranya dengan dengan memancarkan radiasi elektromagnetik di bagian spektrum inframerah.
Inframerah berada tepat di bawah spektrum cahaya tampak dalam frekuensi dan dipancarkan secara kuat oleh benda panas; oleh karena itu rudal yang menggunakannya sering disebut sebagai 'pencari panas'.
Melacak panas pada kecepatan hipersonik sulit dilakukan. Tapi dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Air and Space Defense pada 15 Desember lalu Profesor Yi Shihe mengatakan Cina telah mencapai 'kemajuan teknologi dasar yang telah terbukti efektif dalam tes.'
“Teknologi panduan yang presisi dengan teknologi pencitraan inframerah melipatgandakan kekuatan senjata hipersonik,” kata Yi dalam artikel itu.
“Jika satu pihak memimpin dalam mengembangkan senjata hipersonik yang matang, pihak tersebut akan memiliki keunggulan ofensif asimetris yang tak terkalahkan dengan senjata serangan presisi hipersonik yang efektif, nilai kunci kedalaman strategis perang klasik akan lenyap. Semua aset politik, ekonomi, dan militer penting suatu negara akan terancam," tambahnya.