REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – China mengomentari insiden pembunuhan mantan komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani oleh Amerika Serikat (AS). Menurut Beijing, Washington telah melakukan kejahatan perang dalam kejadian tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengungkapkan, pembunuhan Soleimani merupakan contoh bagaimana AS secara ceroboh merusak norma-norma yang mengatur hubungan internasional berdasarkan Piagam PBB. “Ini juga salah satu kejahatan perang yang dilakukan AS dengan penyalahgunaan kekuatan,” ujarnya dalam konferensi pers pada Selasa (4/1), dikutip laman Fars News Agency.
Wang secara tegas mengkritik tindakan AS membunuh seorang pemimpin militer negara berdaulat dengan cara “teroris”. Hal itu merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional. “Semua tindakan ilegal dan brutal ini di mata orang-orang di seluruh dunia telah disembunyikan oleh AS di balik fasad ‘tatanan internasional berbasis aturan’ seperti yang diklaimnya,” ujarnya.
Baca: Taliban: Rusia Rencanakan Investasi Minyak dan Gas di Afghanistan
Menurut Wang, alih-alih menjunjung tinggi tatanan internasional berbasis aturan, AS kerap terbukti hanya peduli pada aturan yang memenuhi kebutuhan serta kepentingannya. “Tapi atuan serta ketertiban seperti itu yang melanggar hukum internasional tidak akan diterima oleh rakyat Iran, Timur Tengah, dan seluruh dunia,” ucapnya.
Sebelumnya Iran mengatakan pemerintahan Presiden AS Joe Biden turut bertanggung jawab atas pembunuhan Qassem Soleimani. Aksi penyerangan terhadap Soleimani sebenarnya terjadi pada masa pemerintahan Donald Trump.
“Tak diragukan lagi, tindakan kriminal AS dalam martir jenderal Soleimani adalah manifestasi jelas dari ‘serangan teroris’ yang diatur dan dilakukan secara terorganisasi oleh pemerintahan AS saat itu, yang menjadi tanggung jawab Gedung Putih sekarang,” kata Kementerian Luar Negeri Iran lewat akun Twitter resminya, Jumat (31/12).
Baca: Prancis Selidiki Dugaan Terorisme dalam Ledakan Reli Dakar di Arab Saudi
Iran menegaskan, Washington memikul tanggung jawab internasional yang definitif atas pembunuhan Soleimani. Pernyataan tersebut disampaikan saat Iran hendak memperingati dua tahun kematian Soleimani. Peringatan itu bakal dirangkai dengan kegiatan pameran rudal pada 7 Januari 2022.
Mayor Jenderal Qassem Soleimani tewas di Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020. Dia dibunuh saat berada dalam konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran. Iring-iringan mobil mereka menjadi sasaran tembak pesawat nirawak AS. Trump adalah tokoh yang memerintahkan langsung serangan tersebut.
Baca: 19 Muslim Uighur di Turki Tuntut Pejabat China
Iran mengutuk keras pembunuhan Soleimani dan bersumpah akan membalas tindakan Washington. Tak lama setelah peristiwa pembunuhan itu, Iran meluncurkan serangan udara ke markas tentara AS di Irak. Aksi itu sempat menimbulkan kekhawatiran global tentang potensi pecahnya peperangan.
Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.