Kamis 06 Jan 2022 22:45 WIB

IDAI: PTM Jangan Terpaku Belajar dalam Kelas

Luar ruangan kelas juga bisa sebagai area anak untuk belajar selama PTM.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan setiap sekolah untuk tidak terpaku kegiatan pembelajaran dalam ruang kelas (ilustrasi).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan setiap sekolah untuk tidak terpaku kegiatan pembelajaran dalam ruang kelas (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan setiap sekolah untuk tidak terpaku kegiatan pembelajaran dalam ruang kelas. Luar ruangan juga bisa sebagai area anak untuk belajar.

"IDAI bukan anti-pembelajaran tatap muka (PTM). Tapi lebih baik dilakukan pada kondisi yang tepat," kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso, dalam siaran langsung bertajuk "PTM 100% Apa Dampaknya?" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (6/1/2022).

Baca Juga

Dia mengatakan meskipun vaksinasi Covid-19 sudah diberikan hingga anak-anak usia 6-11 tahun, nyatanya masih ada batita dan balita yang belum diperbolehkan menjalankan vaksinasi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya penularan mengingat terdapat sejumlah PAUD yang mulai menjalankan pembelajaran.

Oleh karena itu, setiap satuan pendidikan dirasa membutuhkan kreativitas yang dapat membuat anak tidak harus terus terpaku duduk di dalam kelas dan mendengarkan guru. Tetapi melalui pemanfaatan ruang terbuka seperti aula ataupun lapangan sekolah untuk area belajar.

Menurut Piprim, baik orang tua maupun sekolah dapat menerapkan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) pada kegiatan tatap muka saat ini, baik melalui metode pembelajaran yang sinkron maupun asinkron, seperti melatih keterampilan anak melalui bermain dengan sabun bersama keluarga atau belajar dengan alat-alat di rumah. Dia memaklumi bila terdapat orang tua dengan kondisi yang sibuk bekerja, sehingga lebih memilih mempercepat anaknya untuk masuk sekolah. Namun, dengan orang tua membuat permainan yang menarik, anak mendapatkan pembelajaran yang lebih bagus dan cepat. 

Sekolah juga dapat memberikan pelajaran melalui pemanfaatan teknologi maupun merawat hewan untuk menimbulkan rasa cinta dan ketelitian anak dalam mengurus makhluk hidup." Di outdoor (luar ruangan) untuk anak kecil yang belum divaksin, bagaimana pembelajaran di outdoor kita bisa eksplorasi. Satu kotak rumputnya, ada berapa biji, ada hewan apa saja di situ, makanannya apa lalu bisa memikirkan ekosistem dan sebagainya," kata dia.

Ketua Satgas Covid-19 IDAI, Yogi Prawira, mengatakan kegiatan pembelajaran di Indonesia masih terpaku pada suatu paradigma yang menekankan pada belajar harus dilakukan dalam ruang tertutup dan berhadapan langsung dengan para guru. Padahal, menurutnya, setiap sekolah dapat mencari cara yang lebih kreatif mengingat sudah dua tahun pembelajaran dilakukan secara daring.Namun dalam hal ini, memang tergantung pada faktor risiko dari keluarga masing-masing siswa.

Dia berharap, sekolah dapat menciptakan beragam inovasi yang menarik untuk diberikan pada anak, tentunya dengan protokol kesehatan yang terus dijalankan, meski pandemi belum usai. "Jadi sekali lagi, kami sangat mendukung PTM. Tapi dengan syarat, transmisi lokal sudah terkendali, protokol kesehatan dikerjakan dengan baik dan ada surveilans. Begitu masuk, harus diperiksa apakah memang aman-aman saja atau tadi, ternyata tidak ada laporan karena tidak diperiksa," jelasnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement