REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Eropa hanya setinggi lutut di Abad Pertengahan, kemajuan ilmiah yang penting sedang dibuat di dunia Arab. Al-Jahiz, seorang teolog dan cendekiawan Muslim, termasuk di antara para intelektual yang gagasan dan penemuannya berabad-abad lebih maju dari zamannya.
Abū Utsman Amr ibn Baḥr al-Kinānī al-Baṣrī, yang populer disebut sebagai Al-Jahiz, lahir pada 776 di Basra, Irak. Dia adalah seorang sarjana, penulis, ahli zoologi, dan teolog, contoh sempurna bagaimana ilmuwan Arab mencari kebenaran di alam.
Meskipun kita tidak tahu banyak tentang kehidupan awalnya, diakui bahwa ia tidak dilahirkan dalam keluarga istimewa, tetapi diterima di kalangan sosial dan akademis dengan kecerdasan dan ide-idenya.
Al Jahiz secara luas dipuji karena menjadi seorang pemikir yang produktif dan penulis yang lucu dan menghibur, berhasil menghidupi dirinya sendiri tanpa mengambil posisi di pengadilan. Sebaliknya, al-Jahiz mencari nafkah dengan menulis 200 buku sepanjang hidupnya. Sejauh ini, para ahli hanya dapat memulihkan 30 publikasinya.
Di antara karya-karyanya yang paling terkenal adalah Kitāb al-ḥayawān (Kitab Hewan) perintis, tidak diragukan lagi karya al-Jahiz yang paling terkenal. Ini terdiri dari tujuh volume yang diisi dengan detail tentang perilaku dan habitat hewan.