Senin 10 Jan 2022 18:08 WIB

Kabar Positif di Tengah Amukan Omicron: Angka Kematian Covid-19 Kecil

Pada Januari, hanya ada satu kematian akibat Covid-19, yakni di DKI Jakarta.

Tenaga kesehatan memberi laporan kepada petugas yang berjaga sebelum memasuki Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Senin (10/1). Jumlah pasien terkonfirmasi positif covid-19 di RSDC Wisma Atlet sebanyak 1.978 orang atau bertambah 140 orang dari sebelumnya 1.838 orang, sementara menurut Juru Biara Pemerintah untuk penanganan Covid-19, bed occupancy rate (BOR) mencapai 53,82 persen di tower 5 dan 6 RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan memberi laporan kepada petugas yang berjaga sebelum memasuki Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Senin (10/1). Jumlah pasien terkonfirmasi positif covid-19 di RSDC Wisma Atlet sebanyak 1.978 orang atau bertambah 140 orang dari sebelumnya 1.838 orang, sementara menurut Juru Biara Pemerintah untuk penanganan Covid-19, bed occupancy rate (BOR) mencapai 53,82 persen di tower 5 dan 6 RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Antara, Reuters

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan terjadinya tren peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia yang mayoritas disebabkan oleh pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Meski demikian, ia menyebut angka kasus kematian di Jawa-Bali masih terjaga dengan baik.

Baca Juga

“Meski kasus terus meningkat, jumlah kematian Jawa-Bali juga terjaga dengan sangat baik,” ujar Luhut saat konferensi pers di Kantor Presiden usai rapat terbatas, Senin (10/1).

"Hanya satu kematian. Saya ulangi, hanya satu kematian selama bulan Januari ini yang ditemukan di Jakarta. Selain itu, kasus konfirmasi di provinsi lainnya relatif terjaga dengan baik," katanya, menambahkan.

Luhut mengatakan, kenaikan kasus aktif ini menyebabkan terjadinya peningkatan perawatan pasien di Jawa-Bali. Untuk mencegah semakin banyaknya kasus impor varian ini, pemerintah pun akan terus memperketat pintu masuk kedatangan di Indonesia. Selain itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga meminta agar masyarakat menahan diri untuk tidak bepergian ke luar negeri.

Sementara itu, Luhut menyampaikan, sudah 150 negara yang telah mendeteksi varian Omicron di wilayahnya. Sebagian besar di antaranya menginfeksi berbagai negara maju yang puncak kasusnya bahkan lebih tinggi dari gelombang sebelumnya akibat varian Delta.

Peningkatan kasus di luar negeri tersebut berimbas pada peningkatan perawatan di rumah sakit, terutama di Amerika Serikat, Australia, Inggris, maupun di Eropa. Tren peningkatan kasus lainnya juga terjadi di India, Filipina, dan juga Jepang. Namun, penurunan kasus signifikan terpantau terjadi di Afrika Selatan.  

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, kenaikan transmisi Omicron akan jauh lebih tinggi daripada varian Delta, namun angka perawatan di rumah sakit akan jauh lebih sedikit. Karena itu, Menkes meminta seluruh masyarakat agar tak panik terhadap potensi lonjakan kasus akibat varian ini.

“Kita akan menghadapi gelombang dari Omicron ini, tidak usah panik. Kita sudah mempersiapkan diri dengan baik dan pengalaman menunjukkan bahwa walaupun naiknya cepat tapi gelombang Omicron ini turunnya pun cepat,” jelas Menkes Budi saat konferensi pers di Kantor Presiden usai rapat terbatas, Senin (10/1).

Budi pun mengingatkan agar masyarakat tetap disiplin menjaga protokol kesehatan serta segera mendapatkan vaksinasi. Sementara pemerintah diminta untuk meningkatkan upaya surveilans.

Ia menjelaskan, dari 414 kasus Omicron di Indonesia saat ini, hanya dua orang yang masuk kategori sedang atau membutuhkan perawatan oksigen. Keduanya berusia 58 tahun dan juga 47 tahun yang sama-sama memiliki komorbid. Sementara sebanyak 26 persen atau 114 dari 414 kasus telah dinyatakan sembuh, termasuk dua orang yang masuk kategori sedang.

“Jadi kesimpulannya memang walaupun Omicron ini cepat transmisinya,

tapi relatif lebih ringan dari severity atau keparahannya,” jelas dia.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement