REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemikir dan ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi mengungkapkan beberapa penghalang yang merintangi hakikat Islam untuk berkuasa di masa lalu. Namun, beberapa penghalang mulai menghilang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban.
Said Nursi merupakan salah satu pemikir muslim yang berpikiran modern dan moderat. Pemikirannya tidak hanya berpengaruh pada dunia pendidikan, tapi tapi juga dalam bidang tasawuf, ilmu kalam atau teologi, akidah, sejarah dan bahasa.
Menurut Nursi, setidaknya ada tujuh penghalang yang merintangi hakikat Islam berkuasa pada masa lalu. Dia menuturkan, penghalang yang pertama, kedua, dan ketiga adalah kebodohan bangsa asing (non muslim), ketertinggalan mereka dari zamannya (jauh dari peradaban), dan kefanatikan mereka terhadap agamanya.
"Ketiga penghalang ini mulai hancur berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban," jelas Nursi dikutip dari bukunya yang berjudul "Khutbah Syamiyah: Manifesto Kebangkitan Umat Islam" terbitan Risalah Nur Press.
Kemudian, penghalang keempat dan kelima adalah kekuasaan dan tirani para pendeta ataupun pastur, dan juga sikap bangsa asing (non muslim) yang mengikuti para pendeta dan pastur dengan taklid buta.
"Kedua penghalang ini juga mulai hilang berkat munculnya kebebasan berpikir dan kecenderungan umat manusia untuk mencari hakikat kebenaran," ucap dia.
Sedangkan penghalang keenam dan ketujuh adalah mewabahnya semangat tiranisme di tengah-tengah umat Islam dan tersebarnya akhlak tercela sebagai akibat dari sikap melanggar syariat.
"Hilangnya kekuatan tirani individu sekarang menunjukkan hilangnya tirani kelompok dan organisasi yang menakutkan 30 atau 40 tahun kemudian. Dengan munculnya semangat Islam dan adanya akibat buruk dari akhlak tercela, kedua penghalang ini juga mulai sirna, dan insya Allah akan hilang secara total," kata Nursi.