Selasa 18 Jan 2022 13:14 WIB

Mendikbud Nadiem Ingin Lulusan S-1 Jadi 'Setengah Matang', Begini Penjelasannya

Nadiem ingin lulusan sudah 'setengah matang' ketika masuk ke dunia kerja.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Mas Alamil Huda
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim saat kunjungan kerja di Kampus Universitas Padjadjaran (UNPAD), Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung, Senin (17/1/2022). Nadiem ingin lulusan perguruan tinggi sudah 'setengah matang' ketika masuk ke dunia kerja.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim saat kunjungan kerja di Kampus Universitas Padjadjaran (UNPAD), Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung, Senin (17/1/2022). Nadiem ingin lulusan perguruan tinggi sudah 'setengah matang' ketika masuk ke dunia kerja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, mengatakan, dari riset selama ini diketahui hanya 15 persen lulusan yang masuk ke dunia kerja sesuai dengan program studi. Menurut Nadiem, data ini menunjukkan pentingnya lulusan kampus mengasah jiwa sosial. 

Dengan jiwa sosial yang terasah, kata Nadiem, lulusan perguruan tinggi sudah 'setengah matang' ketika masuk ke dunia kerja. "Itulah S1 yang sekarang kita kembangkan. Jadi ketika lulus, kalian sudah 'setengah matang'. Sudah mencicipi budaya, agama, dan suku berbeda. Dan saya optimistis, perguruan tinggi bisa melakukannya dalam 2,5 tahun," kata dia dalam siaran pers, Selasa (18/1/2022).

Baca Juga

Nadiem mengaku memahami program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) secara administratif sulit untuk dilakukan. Tapi, dia meyakini, lewat perubahan besar perguruan tinggi nantinya akan jauh lebih relevan untuk dunia kerja.

"Ini kenapa Kemendikbudristek merepotkan seluruh kaprodi se-Indonesia. Mereka mendukung dengan berpikir secara cepat bagaimana mereka dapat memadatkan mata kuliah dalam lima semester," ujar Nadiem.

Nadiem menjelaskan, program-program studi harus memadatkan mata kuliah karena tiga semester lain mahasiswa perlu belajar di luar prodi. Menurut Nadiem, ada alasan di balik semua itu, yakni tidak ada satu pekerjaan pun yang hanya membutuhkan satu disiplin, melainkan multidisplin.

Semua itu dia sampaikan ketika meninjau implementasi Program MBKM di Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung, Jawa Barat, Senin (17/1/2022). Dalam kesempatan tersebut Nadiem berdialog dengan 60 mahasiswa peserta program MBKM Unpad dan pimpinan perguruan tinggi di Bandung.

Mendikbudristek mengatakan, esensi dari program MBKM dapat dilihat dari delapan indikator kinerja utama (IKU) yang diberikan kepada semua universitas di Indonesia. Pertama, kata dia, terkait standar. Nadiem menjelaskan, pada indikator ini yang perlu dilihat adalah jumlah mahasiswa yang belajar di luar kampus, baik di bidang profesional maupun di dunia akademi. Kedua, dengan melihat berapa jumlah dosen yang keluar dari kampus untuk mencari pengalaman.

“IKU yang lainnya adalah berapa banyak praktisi yang dibawa ke kampus untuk mengajar, berapa riset terapan yang benar-benar menghasilkan dampak nyata, berapa prodi yang melakukan kemitraan dengan pihak luar, berapa akreditasi internasional yang diperoleh, dan berapa persen mata kuliah yang penilaiannya berdasarkan proyek atau seminar case,” jelas dia.

Nadiem menambahkan, dari program MBKM mahasiswa dilatih untuk presentasi, berdebat, dan berdiskusi, yang akan mengasah cara berpikir kritis. Ia juga mengajak mahasiswa untuk memahami bahwa angka bukan lagi menjadi hal penting melainkan kemampuan berpikir efektif, mampu bekerja sama dengan orang lain, dan bernegosiasi, adalah beberapa kemampuan yang dapat membantu dalam menyelesaikan masalah.

"Karena ketika anda keluar dari kampus, sudah tidak ada lagi pelampung, penyelamat. Adanya itu hiu-hiu, ombak besar, dan cuaca tidak stabil,” tutur dia menganalogikan kondisi dunia kerja setelah mahasiswa lulus dari universitas.

Di sisi lain, Rektor Unpad, Rina Indiastuti, memastikan Unpad sangat siap dan sudah mulai bertransformasi. Dia mengaku, universitas yang dipimpinnya telah melakukan berbagai aktivitas MBKM. "Ini bisa dilihat dari yang hadir di sini merupakan sebagian dari mahasiswa yang mengikuti program MBKM,” ujar Rina.

Salah satu mahasiswa jurusan Antropologi tahun 2019, Elsa, yang juga mengikuti program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) di salah satu perusahaan e-commerce besar turut mengapresiasi hadirnya MBKM. Ia merasakan program ini memberinya kesempatan untuk mengembangkan diri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement