Kamis 20 Jan 2022 10:38 WIB

Urang Sunda, Komunikasi, dan Suara Pemilih

Orang Sunda selalu mengatakan bahwa gunung itu hejo alias hijau.

Red: Elba Damhuri
Muhammad E Fuady, dosen Fikom Unisba
Foto: dokumen pribadi
Muhammad E Fuady, dosen Fikom Unisba

Oleh : Muhammad E Fuady, Dosen Fikom Unisba

REPUBLIKA.CO.ID, -- Orang Sunda selalu mengatakan bahwa gunung itu hejo alias hijau. Padahal yang tampak dari kejauhan di mata kita, gunung berwarna biru. Orang Sunda memang jujur dan apa adanya. Mereka tidak pasea (bertengkar) bila orang lain mengatakan gunung berwarna biru. 

Kebiasaan urang Sunda adalah berhati2 terhadap perasaan orang, ia sering menyimpan apa yang dirasakan dan dipikirkan dalam hatinya. Apa yang akan disampaikannya biasanya dikemas terlebih dahulu

Itulah komunikasi "heurin ku letah" untuk "someah hade ka semah", berat mengatakan sesuatu untuk kehangatan, keramahan, kesantunan. Intinya adalah harmonisasi

Itulah mengapa urang Sunda bertipikal menghindari konflik, membangun konformitas sosial, dan keharmonisan. Komunikasinya high context, berhati2, dikemas, implisit, dan sangat simbolik

Falsafah kehidupan masyarakat Sunda mengacu pada prinsip “cageur, bageur, bener, pinter, tur singer”. Cageur artinya sehat jasmani dan rohani. Bageur itu berperilaku baik, sopan santun, ramah, bertata krama. Bener yakni jujur, amanah, penyayang dan takwa. Pinter, memiliki ilmu pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif

Jadi, bila karakter kita mencerminkan watak urang Sunda yang sejati, harmonisasi adalah keniscayaan. Bila harmonisasi tak dapat dibangun, selaraskan karakter dengan watak sejati urang Sunda, kudu bebenah nu jadi diri (memperbaiki diri). Dalam bahasa agama adalah muhasabah

Jika ada anggota dewan mempermasalahkan penggunaan Bahasa Sunda dalam aktivitas pejabat Kajati, mungkin ia kurang piknik. Terlalu lama berada di dalam ruangan, jiga kurung batokeun. Padahal Ceu Popong dengan seloroh bahasa Sunda dapat mencairkan situasi sidang di DPR RI. Ceu Popong menjadi bintang media pada saat itu

Saat diberitahu mengenai kekeliruannya, lalu Arteria Dahlan menjawab, “Saya Tak ingin ada  Sunda Empire di Kejaksaan Agung”, “Silakan lapor MKD”, bukan saja tidak kontekstual, logical fallacy, tapi juga menunjukkan dirinya tidak memiliki wisdom. Bila saja memiliki sense of crisis, ia akan paham betul telah menambah gembos suara partainya di Jawa Barat setelah pemilih PDIP direbut Gerindra pada pilkada 2019

Anggota Dewan seperti Arteria Dahlan ini perlu memahami falsafah urang Sunda, “Jaga kalakuan anjeun, ulah sombong pikeun kakuatan, jabatan atanapi kasang tukang saha anjeun" (Jagalah selalu kelakuanmu, jangan sombong atas kekuatan, kedudukan atau latar belakang siapa)

Nasihat orang Sunda, “Hade goreng ku basa” (baik buruk kehidupan ditentukan oleh bahasa/komunikasi), “Kudu silih asih, silih asah jeung silih asuh”,(harus saling mengasihi, menasehati, dan mengayomi), dan “Jalma anu meunang nyaéta jalma anu tiasa ngontro dirina”, orang yang menang adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya sendiri, termasuk menjaga kata-katanya pada siapapun

Jangan sampai menjadi “adat kakurung ku iga”, tabiat buruk yang sulit diubah atau dihilangkan. Orang Sunda, para pemilih di Jawa Barat, akan mengucapkan selamat tinggal pada partai banteng di pilkada yang akan datang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement