Jumat 21 Jan 2022 17:01 WIB

Inggris: Barat akan Lawan 'Kediktatoran'

Inggris mengatakan kediktatoran semakin unjuk gigi sejak Perang Dingin berakhir.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss (kiri) bersama Menteri Pertahanan Ben Wallace saat berbicara dalam pertemuan tahunan Konsultasi Antar-Menteri Australia-Inggris, di Sydney, Australia, Jumat (21/2/2022).
Foto:

"Mereka ingin mengekspor kediktatoran sebagai layanan di seluruh dunia, itulah mengapa rezim-rezim seperti Belarusia, Korea Utara dan Myanmar menemukan sekutu-sekutu terdekat mereka di Moskow dan Beijing," katanya.

Ia menambahkan Inggris harus bekerja sama dengan negara-negara sekutu seperti Australia, Israel, India, Jepang dan Indonesia "untuk menghadapi agresor global" terutama di Pasifik. "Sudah waktunya bagi negara-negara demokrasi bersatu," katanya.

Ia menambahkan praktek "koersi ekonomi" China di Australia merupakan salah satu tanda peringatan pada Inggris. Kini mungkin Beijing menggunakan ekonomi untuk dapat mengendalikan negara lain.

Beijing memberlakukan sanksi perdagangan pada barang-barang Australia setelah Canberra mendesak masyarakat internasional menggelar penyelidikan independen asal mula pandemi virus korona. China membantah sanksi itu sebagai koersi ekonomi.

Barat menyebut pemerintah Rusia sebagai kleptokrasi kediktatoran yang elit-elitnya lari dari tanggung jawab atas aneksasi Krimea tahun 2014, campur tangan pemilihan umum di AS dan Eropa serta sejumlah spionase pejabat tinggi dan pembunuhan di luar negeri.  

 

Pemerintah Rusia mengatakan Barat sendiri terpecah-belah, diliputi Russophobia dan tidak memiliki hak menceramahi Moskow bagaimana harus bertindak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement