REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengatakan varian Omicron memang lebih ringan daripada varian Delta. Namun jangan meremehkannya, sebab tidak berarti orang yang terkena varian Omicron tidak bisa meninggal.
"Omicron memang lebih ringan daripada Delta. Namun, tidak berarti tidak bisa meninggal. Hanya jauh lebih sedikit daripada proporsi yang terinfeksi. Kasus yang terus meningkat juga bisa memengaruhi fasilitas kesehatan," katanya dalam cuitan di akun Twitter miliknya, Jumat (21/1/2022).
Kemudian, ia melanjutkan dengan keadaan seperti ini. Masyarakat harus mengikuti formula yang telah diterapkan oleh pemerintah. Jangan sampai mengabaikan hal tersebut. "Formulanya yaitu vaksinasi, booster, masker (N95) dan prokes," kata dia.
Menurutnya, pandemi jauh dari kata selesai, sehingga masyarakat jangan jemawa. Tetap terapkan prokes dan menjaga jarak.
Sebelumnya diketahui, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengakui, mayoritas kenaikan kasus Covid-19 varian Omicron di dunia terjadi dalam waktu yang sangat cepat dan singkat. Hanya sekira antara 35 hingga 65 hari.
Di Indonesia, sambung Budi, relatif terkendali, meskipun varian Omicron sudah masuk dan sudah adanya transmisi lokal. Menkes memperkirakan, wilayah DKI Jakarta dan Bodetabek menjadi daerah pertama yang akan mengalami lonjakan kasus.
Mengingat dari hasil identifikasi Kemenkes, mayoritas transmisi lokal varian Omicron terjadi di DKI Jakarta, dan diperkirakan dalam waktu dekat juga akan meluas ke wilayah Bodetabek. Mengingat secara geografis daerah-daerah tersebut berdekatan dan mobilitas masyarakatnya sangat tinggi.