REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyepakati peningkatan kerja sama bidang swasembada pangan dan hilirisasi industri baterai mobil listrik.
Penandatanganan kesepakatan bersama dilakukan langsung oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Gedung Grahadi Surabaya, akhir pekan lalu.
Ridwan Kamil mengatakan, kerja sama G to G (government to government) antar-pemerintah provinsi selama ini jarang terjadi di Indonesia. Biasanya kerja sama diserahkan kepada pihak swasta.
"Selama ini dalam pembangunan Indonesia seringkali lebih ke B to B, sekarang kami tingkatkan di level G to G. Karena itu hari ini kita menandatangani dengan berbagai program kongkrit," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.
Adapun lingkup kerja sama dalam swasembada pangan yaitu inseminasi sapi. Diketahui Jatim tepatnya di Singosari memiliki pusat inseminasi buatan sapi. Inseminasi buatan atau kawin suntik pada sapi merupakan teknik pembuahan dengan cara memasukkan sperma yang telah diproses ke dalam saluran alat kelamin betina.
Emil mengatakan, Jabar tak sungkan untuk belajar ke Jatim demi terwujudnya swasembada pangan khususnya sapi. Hal ini juga untuk menekan ketergantungan impor sapi. "Jabar masih impor sapi sehingga kami ingin belajar dari Jatim yang kebetulan balai besar inseminasi buatannya ada di Singosari yang bisa jadi tempat kami belajar," katanya.
Menurut Emil, swasembada pangan menjadi sebuah catatan penting selama Covid-19 yang harus dijaga kedaulatannya. Apalagi penduduk Jabar kini mencapai hampir 50 juta jiwa. "Penduduk kami 50 juta maka swasembada pangan harus dijaga terlebih pasca-Covid-19 menjadi catatan penting sebagai ekonomi yang harus dijaga kedaulatannya," katanya.
Sementara terkait kerja sama hilirisasi industri baterai mobil listrik, kedua belah pihak sepakat memproduksi baterai di Jatim dan produksi kendaraanya di Jabar.
"Saya dengar tadi ada sumber mineral di sini yang bisa jadi alternatif yang tentunya kita bisa kerja sama. Jadi merakit mobilnya di Jabar tapi pembuatan baterai listriknya di Jatim karena kita tahu mobil listrik ini harga baterainya mahal," papar Emil.
Kerja sama tersebut, kata dia, telah sesuai dengan amanat Presiden RI Joko Widodo untuk peningkatan hilirisasi industri pasca-kebijakan penghentian ekspor bahan mentah.
"Sesuai pesan Presiden, hilirisasi industri, ekonomi hijau dan ekonomi digital. Ini tiga pesan nasional yang harus kita tindak lanjuti lewat kerjasama ini," katanya.
"Kalau digabungkan 50 juta penduduk Jabar dan 40 juta Jatim sudah lebih dari 30 persen kekuatan ekonomi nasional. Semoga membawa manfaat bagi ekonomi kedua belah pihak," imbuh Emil.
Senada dengan Emil, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa berharap, kerja sama tersebut khususnya sektor pangan dapat menjadi penopang swasembada daging sapi secara nasional. "Saya harap Jabar Jatim bersama jadi penopang swasembada daging sapi nasional," katanya.
Khofifah mengatakan, Jabar memiliki SDM melimpah. Peternakan juga sudah jadi bagian dari kultur masyarakat tatar sunda. Tinggal meningkatkan sisi produktivitasnya saja. "Jadi nanti tidak hanya sapinya saja tapi akan kita kembangkan RTH (rumah potong hewan) halalnya juga," kata Khofifah.
Jatim juga sudah menyiapkan hilirisasi industri pembuatan baterai kendaraan listrik. Khofifah meyakini, kerja sama ini akan menguntungkan kedua belah pihak dan menyerap tenaga kerja.