REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pada Kamis (20/1/2022) Badan Antariksa Amerika (NASA) memantau sebuah ledakan lebih dari 90 juta mil dari Bumi. Bola plasma berkilauan besar di tata surya kita melepaskan suar matahari dan instrumen Solar Dynamics Observatory NASA menangkap momen itu.
Dilansir dari Mashable, Senin (24/1/2022), NASA menyebut ini sebagai suar “tingkat menengah”, dengan klasifikasi M5.5 yang menunjukkan kekuatan peristiwa cuaca luar angkasa dalam konteks dampaknya terhadap Bumi.
Suar matahari seperti ini pada dasarnya adalah pelepasan besar-besaran radiasi elektromagnetik. Ketika ledakan terjadi, radiasi itu menyebar ke seluruh tata surya kita dengan kecepatan cahaya.
Ketika cukup kuat, ledakan energi dapat secara langsung memengaruhi gelombang radio, elektronik, dan teknologi berbasis Bumi lainnya. Ddampak spesifik bergantung pada jumlah dan jenis energi yang dilepaskan.
“Skala cuaca luar angkasa” National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menilai peristiwa suar matahari ini pada ukuran terendah kedua. Peristiwa pemadaman radio “sedang”, seperti yang terjadi pada klasifikasi M5-nya, berpotensi mematikan komunikasi radio frekuensi tinggi selama puluhan menit di sisi Bumi yang diterangi matahari setelah suar matahari terjadi.
Peristiwan ini juga dapat mengacaukan sinyal navigasi frekuensi rendah (bukan seperti GPS pada ponsel) pada waktu yang sama.