REPUBLIKA.CO.ID, PALU - Dewan Masjid Indonesia Sulawesi Tengah (Sulteng) mulai mengagas program yang memprioritaskan pengembangan kompetensi pegawai syara. Pegawai syara terdiri dari imam, khatib, dan bilal.
"Fungsi masjid harus kita kembangkan sebagai pusat pembangunan peradaban," kata Ketua DMI Provinsi Sulteng Ahmad M Ali, Senin (24/1/2022).
Ahmad mengemukakan pengembangan kompetensi pegawai syara menjadi hal yang sangat penting karena peran pegawai syara terkait dengan eksistensi rumah ibadah masjid. Selain itu, DMI Sulteng menilai pegawai syara merupakan penyelenggara keagamaan di masjid yang bersentuhan langsung dengan umat atau masyarakat, khususnya Muslim.
Salah satunya, pegawai syara dapat membimbing masyarakat khususnya generasi muda mengenal baca dan tulis Alquran di masing-masing masjid. "Pengentasan buta huruf, dengan skema pengembangan kompetensi pegawai syara dengan segala perangkatnya harus dilakukan segera, yang didukung dengan program-program produktif dan inovatif," kata Ahmad.
Salah satu masalah keumatan yang harus dituntaskan oleh DMI adalah masalah buta huruf khususnya baca dan tulis Alquran. DMI Pusat mengingatkan sebanyak 65 persen umat Islam di Tanah Air tidak bisa membaca Alquran.
"Jadi kalau 223 juta itu penduduk Indonesia beragama Islam. Sebanyak 65 persennya, umat Islam Indonesia tidak bisa membaca Alquran dan buta secara umum," ujar Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen Pol (Purn) Syafruddin.
Ahmad M Ali menyebut, kondisi ini harus direspons cepat dengan program-program produktif. Karena itu, DMI Sulteng akan melakukan peningkatan kompetensi pegawai syarat dengan menggandeng pondok pesantren.
"Di pondok pesantren inilah nanti para pegawai syara kita bina, kita tingkatkan kompetensinya, kemudian akan ditindaklanjuti dengan program penuntasan buta huruf. DMI Sulteng ke depan harus memuliakan pegawai syara di semua masjid," ujarnya.
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tengah bersedia bersinergi dengan DMI Sulteng agar bersama meningkatkan kompetensi pegawai syara masjid se-Sulteng. "Banyak masalah yang kita jumpai, antara lain sepinya jamaah sholat lima waktu, kompetensi imam yang perlu ditingkatkan, serta rendahnya insentif pegawai syara," kata Kepala Kanwil Kemenag Sulteng Ulyas Taha.
Masalah lain yang perlu diprioritaskan secara bersama antara DMI dan Kemenag Sulteng, yaitu mengenai penyeragaman adzan. "Adzan tidak seragam dalam waktu yang sama, ini juga menjadi satu problematika yang perlu disikapi bersama," kata dia.
Kanwil Kemenag Sulteng juga mengusulkan kepada DMI Sulteng agar memberdayakan masjid sebagai sarana edukasi, khususnya edukasi yang mengarah pada peningkatan keterampilan baca dan tulis Alquran, peningkatan spiritual, khusus bagi generasi muda.