Ketika meninjau studi imunoterapi kanker sebelumnya, para peneliti menemukan bahwa kadar magnesium yang rendah dikaitkan dengan perkembangan penyakit yang lebih cepat. Sementara itu, kelangsungan hidup juga lebih pendek.
Hess mengatakan, kekurangan magnesium sangat mungkin bertanggung jawab atas kondisi tersebut. Setidaknya, sebagian dari kondisi yang terpantau pada pasien kanker yang menerima terapi kekebalan itu.
Temuan Hess diyakini bisa mendukung pengembangan pengobatan kanker. Penulis lain dalam studi, Jonas Lötscher, mengatakan , butuh penyelidikan lebih lanjut mengenai kaitan asupan magnesium secara teratur dan berkurangnya risiko terkena kanker.
"Sebagai langkah selanjutnya, kami merencanakan studi prospektif untuk menguji efek klinis magnesium sebagai katalis untuk sistem kekebalan tubuh," kata Lötscher, dikutip dari laman The Sun, Kamis (27/1/2022).